MODEL
PEMBELAJARAN DAN LANGKAH PEAKSANAAN PEMBELAJARAN DALAM
MENINGKATKAN
KOMPETENSI SPRITUAL, SOSIAL, PENGETAHUAN DAN
KETERAMPILAN
PESERTA DIDIK UNTUK MENCAPAI STANDAR KOMPETENSI
KAJIAN
REFLEKTIF TEORITIS
H. Hamzah
H. Syahrir
PEMBAHASAN
Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan
tingkatan tertinggi dalam kerangka pembelajaran yang mencakup keseluruhan.
Ruang lingkup keseluruhan kerangka pembelajaran memberikan pemahaman dasar atau
filosofis dalam pembelajaran. Dalam model pembelajaran terdapat strategi yang
menjelaskan operasional, alat, atau teknik yang digunakan peserta didik dalam
proses pembelajaran. Strategi pembelajaran ada metode pembelajaran yang
menjelaskan langkah-langkah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tingkatan memiliki
fungsi hubungan dari kerangka pembelajaran. Istilah model pembelajaran sering
diartikan sebagai pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran terdapat
rencana dan alur yang digunakan sebagai petunjuk dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas.
Membelajarkan
peserta didik harus sesuai dengan cara atau gaya belajar mereka sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara optimal dengan memilih salah satu atau lebih model
pembelajaran. Model pembelajaran tidak ada yang paling tepat dalam segala situasi
dan kondisi, meskipun demikian, dapat diyakini bahwa ada kelebihan dan ada
kekurangannya. Memilih model pembelajaran
yang tepat harus memperhatikan kondisi peserta didik, materi bahan pembelajaran
atau bahan ajar, dan fasilitas media pembelajaran yang tersedia dan kompetensi pendidik.
Model pembelajaran yang dipilih dijadikan alternatif untuk situasi dan kondisi pembelajaran
yang dihadapi. Sintaks (prosedur) yang sifatnya prinsip, modifikasi diserahkan
kepada pendidik untuk melakukan penyesuaian dalam mendorong kreativitas para pendidik.
Pilih salah satu atau lebih Model Pembelajaran berikut ini sebagai alternatif
untuk meningkatkan kompetensi spritul, sosial, pengetahuan dan keterampilan
peserta didik
1. Cooperative Learning (CL)
Pembelajaran koperatif learining
ini sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluq sosial mempunyai tujuan dan
tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib.
Memanfaatkan kenyataan
untuk belajar berkelompok secara koperatif, peserta didik dilatih dan
dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas,
tanggung jawab.
Saling membantu dan
berlatih beinteraksi, komunikasi, sosialisasi karena koperatif adalah miniature
dari hidup bermasyarakat dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan
masing-masing.
Model pembelajaran
koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama
saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri.
Menurut teori dan
pengalaman agar kelompok kohesif (kompak, partisipatif), tiap anggota kelompok dibagi
terdiri dari 4-5 orang peserta didik, dan peserta didik heterogen (kemampuan,
gender, karakter), Pendidik meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa
laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran
koperatif adalah informasi, pengarahan strategi, membentuk kelompok heterogen,
kerja kelompok, presentasi hasil kelompok dan pelaporan.
2. Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran
kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab
lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan peserta
didik (daily life modeling), sehingga terasa ada manfaat dari materi yang disajkan, motivasi belajar muncul, dunia
pikiran peserta didik menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif, nyaman dan
menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas peserta didik,
dan peserta didik melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat,
tetapi pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indokator
pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model pembelajaran lain,
yakni modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi dan
tujuan, pengarahan dan petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi,
membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri,
generalisasi), learning community (seluruh peserta didik partisipatif dalam
belajar kelompok atau individual, mindson, handson, mencoba, mengerjakan),
inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi,
menemukan), constructivisme (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep
aturan, analisis sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut),
authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian
terhadap setiap aktvitas usaha peserta didik, penilaian portofolio, penilaian
seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara)
3. Realistic Mathematics Education (RME)
Realistic Mathematics
Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola guided
reinvention dalam mengkontruksi konsep aturan melalui process of
mathematization, yakni matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip,
algoritma, aturan untuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia
empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia
rasio, pengemabngan mateastika).
Prinsip RME adalah
aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses aplikasi), pemahaman
(menemukan informal dalam konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter
twinment (keterkaitan intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran
sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari pendidik dalam
penemuan).
4. Pembelajaran Langsung / Direct Learning (DL)
Pengetahuan yang
bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada ketrampilan dasar yang
lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya
adalah menyiapkan peserta didik, sajian informasi dan prosedur, latihan
terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut
dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).
5. Pembelajaran Berbasis masalah / Problem Based
Learning (PBL)
Kehidupan adalah
identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan
mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada
masalah otentik dari kehidupan aktual peserta didik untuk merangsang kemamuan
berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana
kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar peserta
didik dapat berpikir optimal.
Indikator model
pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi,
induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis,
generalisasi dan inkuiri
6. Problem Solving
Dalam masalah
didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara
penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian
(menemukan pola, aturan atau algoritma). Sintaknya adalah sajiakan permasalahan
yang memenuhi criteria, peserta didik berkelompok atau individual
mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, peserta didik mengidentifkasi,
mengeksplorasi, menginvestigasi, menduga dan pada akhirnya menemukan solusi.
7. Problem Posing
Bentuk lain dari
problem posing adalah problem posing adalah pemecahan masalah dengan melalui kegiatan
elaborasi, yakni merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih
simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah pemahaman, jalan keluar,
identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan hitungan, cari alternative,
menyusun soal pertanyaan.
8. Problem Terbuka (OE, Open Ended)
Pembelajaran dengan
problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan
dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya bisa beragam (multi
jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide,
kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi interaksi, sharing,
keterbukaan, dan sosialisasi. Peserta didik dituntuk unrtuk berimprovisasi
mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh
jawaban, jawaban peserta didik beragam. Selanjutynya peserta didik diminta
untuk menjelaskan proses mencapai jawaban. Model pembelajaran ini lebih
mementingkan proses daripada produk yang membentuk pola pikir, keterbukaan, dan
ragam berpikir.
Sajian masalah harus
kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram, table),
kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir peserta didik, kaitkan
dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit
dilepas mandiri). Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian
pembelajaran, perhatikan dan catat respon peserta didik, bimbingan dan
pengarahan dan membuat kesimpulan.
9. Probing-prompting
Teknik
probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian
petanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir
yang mengaitkan pengetahuan peserta didik dan pengalamannya dengan pengetahuan
baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya peserta didik memngkonstruksi konsep,
prinsip aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak
diberitahukan.
Dengan model
pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk peserta didik
secara acak sehingga setiap peserta didik mau tidak mau harus berpartisipasi
aktif, peserta didik tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap
saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan yang terjadi
sausana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi
ketegangan, pendidik hendaknya rangkaian pertanyaan disertai dengan wajah
ramah, suara menyejukkan, nada lembut, canda, senyum, dan tertawa, sehingga
suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban peserta
didik yang salah harus dihargai karena salah adalah ciri mereka sedang belajar
dan mereka telah berpartisipasi
10. Pembelajaran Bersiklus (Cycle learning (CL)
Ramsey (1993)
mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi
(deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi
(aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan prasyarat, eksploitasi berarti
menghenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti
menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.
11. Reciprocal Learning
Weinstein and Meyer
(1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal,
yakni bagaimana peserta didik belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri.
Sedangkan Resnik (1999) mengemukan bahwa belajar efektif dengan cara membaca
bermakna, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis.
Untuk mewujudkan
belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran reciprocal,
yakni: informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LK modul, membaca, merangkum.
12. SAVI
Pembelajaran SAVI
adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar harus memanfaatkan semua alat
indra yang dimiliki peserta didik. Istilah SAVI sendiri adalah kepanjangan dari
Somatic yang bermakna gerakan tubuh
(handson, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar
haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi,
argumentasi, mengemukakan penndapat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna belajar harus menggunakan indra mata
melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media
dan alat peraga; dan Intellectualy
yang bermakna bahwa belajar harus menggunakan kemampuan berpikir (mindson)
belajar harus dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakan melalui
bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi,
memecahkan masalah, dan menerapkan.
13. Teams Games Tournament (TGT)
Penerapan model ini
dengan cara mengelompokkan peserta didik heterogen, tugas tiap kelompok bisa
sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam
bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan
kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan
menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara pendidik
bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah
selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.
Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau
dalam rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport.
Sintaknya Pembelajaran :
1 |
Buat kelompok siswa
heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan mekanisme
kegiatan |
2 |
Siapkan meja turnamen
secukupnya, misalnya 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 peserta didik
yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh peserta didik dengan level
tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh
peserta didik yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap peserta didik yang
duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok.. |
3 |
Selanjutnya adalah
pelaksanaan turnamen, setiap peserta didik mengambil kartu soal yang telah
disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu
(misal 3 menit). Siswa bisa nmngerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya
diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu
dan sekaligus skor kelompok asal. Peserta didik pada tiap meja tunamen sesua
dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar) superior, very good,
good, medium |
4 |
Bumping, pada
turnamen kedua (begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan
pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar,
peserta didik superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula
untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh [eserta didik dengan gelar yang
sama |
5 |
Setelah selesai
hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan
penghargaan kelompok dan individual |
13. Team Assisted Individualy (TAI)
Terjemahan bebas dari
istilah adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (BIDAK) dengan karateristik
bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab belajar adalah pada peserta didik. Peserta
didik harus membangun pengetahuan tidak hanya menerima dari guru. Pola
komunikasi pendidik peserta didik adalah negosiasi dan bukan imposisi intruksi.
Sintaksi BidaK menurut
Slavin (1985) adalah: (1) buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar
berupak modul, (2) peserta didik belajar kelompok dengan dibantu oleh peserta
didik pandai anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling
berbagi sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan kelompok dan refleksi serta
tes formatif.
14. Jigsaw
Model pembeajaran ini
termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks seperti berikut ini. Pengarahan,
informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang
terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak peserta didik dalam kelompok,
tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian tertentu, tiap kelompok bahan
belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga
terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok asal, pelaksanaan tutorial pada
kelompok asal oleh anggota kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
15. Think Pairs Share (TPS)
Model pembelajaran ini
tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal,
berikan persoalan kepada peserta didik dan peserta didik bekerja dalam kelompok
dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok
(share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap peserta didik, umumkan
hasil kuis dan berikan reward.
16. Group Investigation (GI)
Model koperatif tipe GI
dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas,
rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek
tertentu (bisa di luar kelas, misalnya mengukur tinggi pohon, mendata banyak
dan jenis kendaraan di sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin
sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengolahan data penyajian data hasil
investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkembangan peserta didik,
umumkan hasil kuis dan berikan reward.
17. Means-Ends Analysis (MEA)
Model pembelajaran ini
adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan sintaks:
sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic,
elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan,
susun sub-sub masalah sehingga terjadi koneksivitas, pilih strategi solusi
18. Creative Problem Solving (CPS)
Model pembelajaran ini
Ini merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik
sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu
permasalahan. Sintaksnya : mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan
ajar melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan fokus pilih,
mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi,
presentasi dan diskusi.
19. Think Talk Write (TTW)
Pembelajaran ini
dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan
alternative solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi,
diskusi, dan kemudian buat laopran hasil presentasi. Sintaknya : informasi,
kelompok (membaca, mencatatat, menandai), presentasi, diskusi, melaporkan.
20. Two Stay-Two Stray (TS-TS)
Pembelajaran model ini
adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok
lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan
dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok
lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, laporan
kelompok.
21. Connecting, Organizing, Refleting, Extending (CORE)
Sintaknya adalah (C)
koneksi informasi lama-baru dan antar konsep, (0) organisasi ide untuk memahami
materi, (R) memikirkan kembali, mendalami, dan menggali, (E) mengembangkan,
memperluas, menggunakan, dan menemukan.
22. Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R)
Pembelajaran ini adalah
strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif peserta didik, yakni
dengan menugaskan peserta didik untuk membaca bahan belajar secara
seksama-cermat, dengan sintaks: Survey dengan mencermati teks bacaan dan
mencatat, menandai kata kunci, Question dengan membuat pertanyaan
(mengapa-bagaimana, dari mana) tentang bahan bacaan (materi bahan ajar), Read
dengan membaca teks dan cari jawabanya, Recite dengan pertimbangkan jawaban
yang diberikan (cartat-bahas bersama), dan Review dengan cara meninjau ulang
menyeluruh
23. Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review
(SQ4R)
SQ4R adalah
pengembangan dari SQ3R dengan menambahkan unsur Reflect, yaitu aktivitas
memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan konteks aktual yang relevan.
24. Meaningful Instructionnal Design (MID)
Model ini adalah pembelajaran
yang mengutamakan kebermaknaan belajar dan efektifivitas dengan cara membuat
kerangka kerja-aktivitas secara konseptual kognitif-konstruktivis. Sintaknya
adalah (1) lead-in dengan melakukan kegiatan yang terkait dengan pengalaman,
analisi pengalaman, dan konsep-ide; (2) reconstruction melakukan fasilitasi
pengalaan belajar; (3) production melalui ekspresi-apresiasi konsep
25. KUASAI
Pembelajaran efektif
dengan melibatkan enam tahap berikut ini, Kerangka pikir untuk sukses, Uraikan
fakta sesuai dengan gaya belajar peserta didik, Ambil pemaknaan (mengetahui,
memahami-menggunakan dan memaknai), Sertakan ingatan dan hafalkan kata kunci
serta koneksinya, Ajukan pengujian pemahaman, dan Introspeksi melalui refleksi
diri tentang gaya belajar peserta didik.
26. Artikulasi
Artikulasi adalah mode
pembelajaran dengan sintaks: penyampaian konpetensi, sajian materi, bentuk
kelompok berpasangan sebangku, salah satu peserta didik menyampaikan materi
yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan
hasil diskusinya, pendidik membimbing peserta didik untuk menyimpulkan.
27. Debate
Debat adalah model
pembalajaran dengan sintaksnya: peserta didik menjadi 2 kelompok kemudian duduk
berhadapan, peserta didik membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh
masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah
satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu setrusnya secara
bergantian, pendidik membimbing membuat kesimpulan dan menambahkan bila perlu.
28. Role Playing
Sintak dari model
pembelajaran ini adalah: pendidik menyiapkan scenario pembelajaran, menunjuk
beberapa peserta didik untuk mempelajari scenario pembelajaran, pembentukan
kelompok peserta didik, penyampaian kompetensi, menunjuk peserta didik untuk
melakonkan scenario yang telah dipelajarinya, kelompok peserta didik membahas
peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan,
refleksi dan menyimpulkan.
29. Talking Stick
Sintak pembelajaran ini
adalah: Pendidik menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, peserta didik membaca
materi lengkap pada wacana, pendidik mengambil tongkat dan memberikan tongkat
kepada peserta didik dan peserta didik siswa yang kebagian tongkat menjawab
pertanyaan dari pendidik, tongkat diberikan kepad peserta didik lain dan pendidik
memberikan petanyaan lagi dan seterusnya, pendidik membimbing refleksi,
kesimpulan dan evaluasi
30. Snowball Throwing
Sintaknya adalah: Informasi
materi secara umum, membentuk kelompok, pemanggilan ketua dan diberi tugas
membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok
menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain
menjawab secara bergantian, penyuimpulan, refleksi dan evaluasi
31. Student Facilitator and Explaining
Langkah-langkahnya
adalah: informasi kompetensi, sajian materi, peserta didik mengembangkannya dan
menjelaskan lagi ke peserta didik lainnya, kesimpulan, refleksi dan evaluasi
32. Course Review Horay
Langkah-langkahnya:
informasi kompetensi, sajian materi, tanya jawab untuk pemantapan, peserta
didik atau kelompok menuliskan nomor sembarang dan dimasukkan ke dalam kotak, pendidik
membacakan soal yang nomornya dipilih
acak, peserta didik yang punya nomor sama dengan nomor soal yang dibacakan pendidik
berhak menjawab jika jawaban benar diberi skor dan peserta didik menyambutnya
dengan yel hore atau yang lainnya, pemberian reward, penyimpulan, refleksi dan
evaluasi
33. Demostration
Pembelajaran ini khusus
untuk materi yang memerlukan peragaan media atau eksperimen. Langkahnya adalah:
informasi kompetensi, sajian gambaran umum materi bahan ajar, membagi tugas
pembahasan materi untuk tiap kelompok, menunjuk peserta didik atau kelompok
untuk mendemonstrasikan bagiannya, dikusi kelas, penyimpulan, refleksi dan
evaluasi
34. Explicit Instruction
Pembelajaran ini cocok
untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritma-prosedural, langkah demi
langkah bertahap. Sintaknya adalah: sajian informasi kompetensi,
mendemontrasikan pengetahuan dan keterampilan procedural, membimbing
pelatihan-penerapan, mengecek pemahaman dan balikan, refleksi, evaluasi dan
penyimpulan
35. Scramble
Sintaknya adalah:
buatlah kartu soal sesuai marteri bahan ajar, buat kartu jawaban dengan diacak
nomornya, sajikan materi, membagikan kartu soal pada kelompok dan kartu
jawaban, peserta didik berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu soal
untuk jawaban yang cocok, refleksi, evaluasi dan menyimpulkan
36. Pair Checks
Peserta didik berkelompok
berpasangan sebangku, salah seorang menyajikan persoalan dan temannya
mengerjakan, pengecekan kebenaran jawaban, bertukar peran, refleksi, evaluasi
dan kesimpulan
37. Make-A Match
Guru menyiapkan kartu
yang berisi persoalan-permasalahan dan kartu yang berisi jawabannya, setiap peserta
didik mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal dan berusaha menjawabnya,
setiap peserta didik mencari kartu jawaban yang cocok dengan persoalannya peserta
didik yang benar mendapat nilai-reward, kartu dikumpul lagi dan dikocok, untuk
babak berikutnya pembelajaran seperti babak pertama, refleksi, evaluasi dan
kesimpulan
38. Mind Mapping
Pembelajaran ini sangat
cocok untuk mereview pengetahuan awal peserta didik. Sintaknya adalah:
informasi kompetensi, sajian permasalahan terbuka, peserta didik berkelompok
untuk menanggapi dan membuat berbagai alternatif jawaban, presentasi hasil diskusi kelompok, peserta
didik membuat kesimpulan dari hasil setiap kelompok, refleksi dan evaluasi
39. Examples Non Examples
Persiapkan gambar,
diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajikan gambar
ditempel atau pakai OHP atau LCD, dengan petunjuk pendidik peserta didik mencermati
sajian, diskusi kelompok tentang sajian gambar, presentasi hasil kelompok,
bimbingan penyimpulan, valuasi dan refleksi.
40. Picture and Picture
Sajian informasi
kompetensi, sajian materi, perlihatkan gambar kegiatan berkaitan dengan materi,
peserta didik (wakil) mengurutkan gambar sehingga sistematik, pendidik mengkonfirmasi
urutan gambar, pendidik menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar,
penyimpulan, evaluasi dan refleksi.
41. Cooperative Script
Buat kelompok
berpasangan sebangku, bagikan wacana materi bahan ajar, peserta didik
mempelajari wacana dan membuat rangkuman, sajian hasil diskusi oleh salah
seorang dan yang lain menanggapi, bertukar peran, penyimpulan, evaluasi dan
refleksi.
42. Logan Avenue Problem Solving (LAPS-Heuristik)
Heuristik adalah
rangkaian pertanyaan yang bertisfat tuntunan dalam rangaka solusi masalah. LAPS
( Logan Avenue Problem Solving) dengan kata Tanya apa masalahnya, adakah
alternative, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana sebaiknya
mengerjakannya. Sintaks: pemahaman masalah, rencana, solusi, dan pengecekan.
43. Improve
Improve singkatan dari
Introducing new concept, Metakognitive questioning, Practicing, Reviewing and
reducing difficulty, Obtaining mastery, Verivication, Enrichment. Sintaknya
adalah sajian pertanyaan untuk mengantarkan konsep, peserta didik latihan dan
bertanya, balikan-perbaikan-pengayaan-interaksi.
44. Generatif
Basi gneratif adalah
konstruksivisme dengan sintaks orintasi-motivasi, pengungkapan ide konsep awal,
tantangan dan restruturisasi sajiankonsep, aplikasi, rangkuman, evaluasi, dan
refleksi
45. Circuit Learning
Pembelajaran ini adalah
dengan memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah
dan mengulang. Sintaknya adalah kondisikan situasi belajar kondusif dan focus, peserta
didik membuat catatan kreatif sesuai dengan pola pikirnya, peta konsep, bahasa
khusus, Tanya jawab dan refleksi
46. Complette Sentence
Pembelajaran dengan
model melengkapi kalimat adalah dengan sintakas: siapkan blanko isian berupa paragraf
yang kalimatnya belum lengkap, sampaikan kompetensi, peserta didi ditugaskan
membaca wacana, pendidik membentuk kelompok, LKS dibagikan berupa paragraf yang
belum lengkap, peserta didik berkelompok melengkapi, presentasi.
47. Concept Sentence
Prosedurnya adalah penyampaian kompetensi, sajian materi, membentuk kelompok heterogen, pendidik menyiapkan kata kunci sesuai materi bahan ajar, tiap kelompok membuat kalimat berdasarkan kata kunci, presentasi.
48. Time Token
Model ini digunakan
(Arebds, 1998) untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa
tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Langkahnya adalah
kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, tiap peserta didik diberi kupon
bahan pembicaraan (1 menit), peserta didik berbicara (pidato, tidak membaca)
berdasarkan bahan pada kupon, setelah selesai kupon dikembalikan.
49. Take and Give
Model pembelajaran
menerima dan memberi adalah dengan sintaks, siapkan kartu yang berisi nama peserta
didik, bahan belajar, dan nama yang diberi, informasikan kompetensi, sajian
materi, pada tahap pemantapan tiap peserta didik disuruh berdiri dan mencari
teman dan saling informasi tentang materi atau pendalaman, perluasannya kepada peserta
didik lain kemudian mencatatnya pada kartu, dan seterusnya dengan peserta didik
lain secara bergantian, evaluasi dan refleksi
50. Superitem
Pembelajaran ini dengan
cara memberikan tugas kepada peserta didik secara bertingkat-bertahap dari
simpel ke kompleks, berupa pemecahan masalah. Sintaksnya adalah ilustrasikan
konsep konkret dan gunakan analogi, berikan latihan soal bertingkat, berikan soal
tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi, koneksi informasi,
integrasi, dan hipotesis.
51. Hibrid
Model hibrid adalah
gabungan dari beberapa metode yang berkenaan dengan cara peserta didik
mengadopsi konsep. Sintaknya adalah pembelajaran ekspositori, koperatif,
inkuiri, solusi, workshop, virtual workshop menggunakan computer internet.
52. Treffinger
Pembelajaran kreatif
dengan basis kematangan dan pengetahuan siap. Sintaks: keterbukaan, urutan
ide-penguatan, penggunaan ide kreatif-konflik internal-skill, proses rasa-pikir
kreatif dalam pemecahan masalah secara mandiri melalui
pemanasan-minat-kuriositi-tanya, kelompok-kerjasama, kebebasan-terbuka, reward.
53. Kumon
Pembelajarn dengan
mengaitkan antar konsep, ketrampilan, kerja individual, dan menjaga suasana
nyaman-menyenangkan. Sintaksnya adalah: sajian konsep, latihan, tiap siswa
selesai tugas langsung diperiksa-dinilai, jika keliru langsung dikembalikan
untuk diperbaiki dan diperiksa lagi, lima kali salah guru membimbing.
54. Quantum
Memandang pelaksanaan
pembelajaran seperti permainan musik orkestra-simfoni. Pendidik harus
menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan
saling menghargai. Prinsip quantum adalah semua berbicara-bermakna, semua
mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha peserta didik diberi reward.
Strategi quantum adalah tumbuhkan minat , alami-dengan dunia realitas peserta
didik, namai-buat generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui
presentasi-komunikasi, ulangi dengan Tanya jawab-latihan-rangkuman, dan rayakan
dengan reward dengan senyum-tawa-ramah-sejuk-nilai-harapan.
55. Model pembelajaran langsung
Model pembelajaran langsung
adalah jenis model pembelajaran dimana materi pembelajaran disusun oleh pendidik
untuk disampaikan secara langsung kepada peserta didik. Model ini memiliki
kaitan dengan metode pembelajaran ekspositori, penyampaian materi dari pendidik
kepada peserta didik dilaksanakan secara langsung melalui ceramah, demonstrasi,
dan tanya jawab.
Karakteristik model pembelajaran langsung.
1 |
Siswa mendapatkan keterampilan secara langsung dan
segera mendapatkan pengaruh dari model pembelajaran langsung |
2 |
Pembelajaran dilakukan dengan berorientasi pada
tujuan tertentu |
3 |
Materi sudah disusun oleh pendidik |
4 |
Lingkungan belajar sudah terstruktur dan disusun
oleh pendidik |
Model pembelajaran langsung
memiliki kelebihan dan kekurangan. Demikian juga pada model pembelajaran
lainnya karena jika dikembalikan pada konsep awal penyusunan model
pembelajaran, perancangan kerangka pembelajaran didasarkan pada kesesuaiannya
dengan kondisi pendidik peserta didik sejalan dengan tujuan yang dicapai atau
tidak.
Ada lima poin kelebihan model pembelajaran langsung.
1 |
Guru memiliki wewenang penuh terhadap isi materi
yang sudah disiapkannya sehingga lebih mudah dalam mempertahankan fokus siswa |
2 |
Model ini dapat diterapkan untuk kelas besar dan
kecil |
3 |
Dapat mendorong siswa lebih terbuka untuk
mengungkapkan kesulitan secara langsung kepada guru |
4 |
Efektif untuk pembelajaran tentang materi yang
terstruktur dengan waktu terbatas |
5 |
Efektif untuk mengajarkan konsep dan
keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang nilai sekolahnya
masih rendah |
Sedangkan kekurangan model pembelajaran langsung
diantaranya:
1 |
Keterampilan siswa sangat bisa berbeda-beda. Model
ini bergantung pada kemampuan siswa mengasimilasi materi melalui kegiatan
mendengarkan, mengamati, dan mencatat |
2 |
Sulit dalam mengatasi perbedaan kemampuan,
ketertarikan, dan gaya belajar siswa |
3 |
Siswa dituntut untuk terlibat secara aktif,
sehingga sulit bagi siswa yang lebih tertarik untuk mengembangkan
keterampilan sosial dan interpersonal |
4 |
Guru memiliki peran paling esensial dalam proses
pembelajaran. Jika guru menunjukkan sikap tidak kompeten seperti tidak
memahami materi atau tidak komunikatif, kemungkinan terburuk adalah siswa
tidak mematuhi kelas, kesulitan dalam memahami materi, dan menghambat
kegiatan belajar secara menyeluruh |
56. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Konsep ini memberikan peserta
didik kesempatan untuk belajar dengan salah satu strategi pembelajaran yakni
penyelidikan dan inkuiri terhadap situasi masalah yang autentik atau terjadi di
kehidupan nyata. Model ini mendorong peserta didik untuk menyelesaikan masalah
menggunakan kemampuan nalar dan melatih kemampuan belajar secara independen.
Pembelajaran berbasis masalah ini memiliki karakteristik :
1 |
Fokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu |
2 |
Mendorong untuk menganalisis masalah yang
selanjutnya dilakukan pengembangan hipotesis, melakukan eksperimen, hingga
merumuskan kesimpulan |
3 |
Mendorong agar hasil pembelajaran adalah karya
nyata yang menjelaskan bentuk dari penyelesaian masalah |
Kemudian kelebihan dari model pembelajaran berbasis
masalah:
1 |
Mendorong siswa menyelesaikan masalah yang
realistik dan memiliki dampak pada kehidupan nyata |
2 |
Memupuk sifat inkuiri siswa |
3 |
Mendorong kemampuan siswa dalam penyelesaian
masalah |
Kekurangan model pembelajaran berbasis masalah :
1 |
Persiapan pembelajaran cenderung kompleks karena
belum tentu siswa dan guru bisa memenuhi alat atau instrumen yang diperlukan dalam
proses belajar |
2 |
Hasil pembelajaran bisa menjadi tidak maksimal
apabila kesulitan dalam mencari masalah yang relevan untuk siswa |
3 |
Membutuhkan waktu lebih lama dari periode
pembelajaran yang sudah ditetapkan |
57. Model pembelajaran
kontekstual
Model ini menekankan pada
keterkaitan antara materi pelajaran dengan kehidupan nyata. Kompetensi siswa
dinilai berdasarkan kemampuan mereka dalam menghubungkannya. Berfokus pada
‘bagaimana cara’ siswa menggunakan pengetahuan baru mereka, model ini lebih mementingkan
strategi belajar daripada hasilnya. Oleh karena berkutat pada kedekatannya
dengan kehidupan nyata, umpan balik diperlukan untuk mengembalikan pada
karakteristik model pembelajaran kontekstual ini.
Komponen utama model pembelajaran kontekstual :
1 |
Menggunakan landasan berpikir
konstruktivisme yang menekankan pemahaman siswa secara independen berdasarkan
pengetahuan terdahulu |
2 |
Proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berpikir secara sistematis (inkuiri). |
3 |
Pertanyaan pertama yang mendorong jawaban dan
pertanyaan-pertanyaan selanjutnya |
4 |
Menekankan pada sistem belajar secara
berkelompok |
5 |
Ada model yang menjadi acuan bagi pencapaian
kompetensi siswa. Guru bukan satu-satunya model, tetapi dapat melibatkan siswa
atau didatangkan dari luar |
6 |
Refleksi yang bisa berupa pertanyaan langsung,
jurnal, pesan dan kesan dari siswa, diskusi secara langsung, atau hasil karya |
7 |
Penilaian nyata dengan mengukur semua aspek
pembelajaran yang terdiri dari proses, kinerja, dan hasil pembelajaran siswa |
58. Model pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif ini hampir
sama dengan pembelajaran kontekstual dalam hal membuat siswa dapat bekerja sama
dalam satu kelompok. Hanya saja model ini lebih menekankan pada esensi kerjasama
dalam pembelajaran. Meskipun begitu, model kooperatif ini penting dalam praktik
pendidikan karena selain meningkatkan pencapaian hasil belajar, juga
mengembangkan hubungan antar teman dan kelompok.
Ada tiga konsep yang juga merupakan
karakteristik model pembelajaran kooperatif.
1.Tujuan kelompok. keberhasilan
belajar didasarkan pada performa individu sebagai anggota kelompok dalam
menciptakan hubungan yang baik dengan yang lainnya dengan saling mendukung,
membantu, dan peduli satu sama lain
2.Pertanggungjawaban individu.
Meskipun berorientasi pada kelompok, setiap individu juga harus siap untuk
menghadapi tes dan tugas-tugas yang bersifat individual tanpa bantuan teman
sekelompok
3.Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan. Menggunakan metode skoring dimana nilai perkembangan dilandasi oleh peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu, siswa memiliki kesempatan untuk memperoleh nilai secara merata.
Model Pembelajaran tersebut, dibagi
lagi ke dalam beberapa tipe pembelajaran diantaranya tipe pembelajaran jigsaw, Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC), Numbered Head
Together (NHT), menggunakan kartu, Student Teams Achievement Divisions (STAD), dan Team Game Tournament (TGT)
dan lainnya, perlu diketahui dan dipahami Pendidik :
01. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Pembelajaran tipe jigsaw
dilakukan dengan cara siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Dalam satu
kelompok diberi tugas untuk membaca materi dengan topik berbeda-beda sehingga
setiap siswa dalam satu kelompok mendapatkan topik bacaan yang berbeda. Usai
membaca, setiap siswa yang mendapatkan topik bacaan yang sama dari kelompok
yang berbeda diminta untuk mendiskusikan topik yang sudah mereka baca. Setelah
berdiskusi, mereka kembali ke kelompok masing-masing untuk bertukar materi dari
hasil diskusi sebelumnya.
Tipe jigsaw akan lebih maksimal
jika digunakan untuk pelajaran dalam bidang ilmu sosial dengan materi yang
tertulis. Materi yang sudah tersedia dapat meminimalisir kemungkinan siswa
mendapatkan informasi yang kurang benar, apalagi dalam tipe ini mereka
diharuskan menjelaskan materi yang sudah dibaca.
02. Pembelajaran Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC)
Guru membagi kelas ke dalam
beberapa kelompok. Dalam satu kelompok, mereka diberikan bacaan sesuai topik
yang sedang dipelajari untuk kemudian didiskusikan dalam kelompok
masing-masing. Setelah berdiskusi, mereka diminta menemukan ide pokok dan
memberikan tanggapan terhadap topik yang sudah dipelajari. Selanjutnya tiap
kelompok diminta untuk menyampaikan ide pokok dan tanggapan ke forum kelas agar
mendapat tanggapan dari kelompok lain. Untuk mengakhiri kelas, guru kemudian
menyampaikan kesimpulan.
CIRC mendorong siswa untuk
aktif dan reaktif terhadap dinamika diskusi. Dalam satu kelompok akan ada yang
membantu teman lainnya yang kesulitan. Siswa akan terdorong untuk bertanya
ketika dirasa ada yang tidak dipahami. Adanya diskusi juga akan mendorong siswa
untuk berbicara dalam forum kelas, berpendapat, menyanggah, dan seterusnya.
03. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT)
Tipe kooperatif ini memberikan
kesempatan bagi siswa untuk menumbuhkan kemampuan berargumentasi dan
berpendapat. Setelah dibagi kelompok dan materi, siswa menyatukan pendapat
dengan mengerjakan lembar kerja siswa di bawah bimbingan guru dan memastikan
setiap anggota kelompoknya sudah mengetahui jawaban dari materi. Kemudian guru
memanggil siswa berdasarkan nomor urut mereka untuk menjawab pertanyaan.
NHT ini bisa jadi tipe yang
paling membuat siswa gelisah karena siswa cenderung khawatir jika jawaban
mereka salah. Oleh sebab itu, jika jawaban siswa salah, guru tetap harus
tenang, menenangkan siswa, dan memberikan arahan yang benar.
04. Pembelajaran kooperatif tipe menggunakan kartu
Berdasarkan tipe ini, hal yang
dilakukan dalam pembelajaran adalah menggunakan kartu berisi pertanyaan dan
kartu lainnya berisi jawaban sebagai instrumen belajar. Guru dapat membagi
siswa sepasang-sepasang. Sepasang siswa menjawab kartu-kartu pertanyaan siswa
lainnya. Setelah itu, mereka bertukar kembali untuk mengoreksi jawabannya.
Kelebihan dari tipe menggunakan
kartu adalah lebih menyenangkan bagi siswa, selain juga karena mereka bisa
berinteraksi dengan siswa lainnya. Tipe ini juga berlaku untuk hampir semua
mata pelajaran. Sedangkan tantangan dari tipe ini adalah siswa harus tahu
jawaban dari pertanyaan, yang tetap saja pada akhirnya guru perlu memantau
jalannya proses ini.
05. Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD)
Gagasan utama tipe STAD adalah
memotivasi siswa agar saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam
menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Secara teknik, tipe ini bisa
dibilang cenderung sederhana.
Keunggulan STAD ada pada
penekanan pada aktivitas dan interaksi siswa satu sama lain untuk saling
memotivasi dan membantu menguasai materi pelajaran. Kemudian setiap siswa
memiliki kesempatan yang sama dalam menunjukkan kemampuannya. Sedangkan hal
yang perlu diperhatikan dalam tipe ini adalah pengaturan tempat duduk. Sebab
pengaturan tempat duduk yang tidak baik dapat menyebabkan gagalnya pembelajaran
dalam kelas.
06. Pembelajaran kooperatif tipe Team Game
Tournament (TGT)
TGT memiliki kesamaan dengan
tipe STAD kecuali TGT menggunakan sistem turnamen akademik yang mendorong siswa
menjadi lebih ambisius dan kompetitif. Komponen dalam tipe TGT terdiri dari
presentasi di kelas. Siswa harus memperhatikan betul presentasi di kelas untuk
memahami materi sehingga dapat mengerjakan kuis. Komponen kedua adalah tim yang
mana sudah merupakan komponen utama dalam jenis pembelajaran kooperatif itu
sendiri.
Komponen ketiga, game yang
dirancang untuk menguji pengetahuan siswa dari materi yang sudah dijelaskan
melalui presentasi sebelumnya. Komponen keempat adalah turnamen itu sendiri.
Kelima adalah penilaian tim. Komponen kelima ini juga penting untuk
merefleksikan performa tim setelah melalui komponen keempat (turnamen) yang
merupakan bagian esensial dari tipe pembelajaran kooperatif ini.
Berdasarkan penjelasan tentang
berbagai jenis di atas, bisa diketahui bahwa jenis dan turunan dari setiap
modelnya bisa jadi sangat banyak. Perkembangannya pun dapat dilihat dengan
membacanya dari berbagai pendapat ahli. Perlu diketahui bahwa apapun jenisyang
ada, selalu dikembalikan pada kebutuhan dan kondisi guru dan siswa. Pilihan
yang baik dan benar adalah yang sesuai dengan siswa dan guru.
Meskipun ada banyak referensi, pembahasan petunjuk
menentukan model pembelajaran dan menyusun kerangka pembelajaran yang benar itu
penting. Seperti yang telah dijelaskan di atas oleh Rofa’ah dalam Pentingnya Kompetensi Guru Dalam
Kegiatan Pembelajaran Dalam Perspektif Islam adalah satu
referensi yang bagus.
07. Model Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung adalah
salah satu macam-macam model pembelajaran. Model ini bisa didefinisikan sebagai
model pembelajaran di mana guru mentransformasikan informasi atau keterampilan
secara langsung pada peserta didik. Menurut Killen pembelajaran langsung
merujuk pada teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru
kepada murid secara langsung, seperti lewat ceramah, demonstrasi, dan tanya
jawab) yang melibatkan seluruh kelas.
08.
Model Pembelaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak macam-macam model
pembelajaran, yang menitik beratkan suatu pendekatan pembelajaran matematika
yang mengungkapkan pengalaman dan kejadian dekat dengan siswa sebagai sarana
untuk memahamkan persoalan matematika.
PMRI
adalah salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang mencoba menggunakan
pengalaman dan lingkungan siswa sebagai alat bantu mengajar primer.
Selain
itu, PMRI adalah teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk
matematika. Konsep matematika realistik tersebut sejalan dengan kebutuhan untuk
memperbaiki pendidikan matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan
bagaimana meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika serta mengembangkan
daya nalar.
Sebenarnya
bisa disimpulkan dari pendapat di atas. Bahwa Pendekatan PMRI adalah suatu
pendekatan pembelajaran matematika yang dekat dengan kehidupan nyata siswa
sebagai sarana untuk meningkatkan pemahaman serta daya nalar mereka.
09.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Model pengajaran berdasar masalah merupakan pendekatan yang efektif
untuk proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa memproses
informasi yang sudah ada dalam benaknya, dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia sosial serta sekitarnya
10.
Model Pembelajaran Index Card Match (Mencari Pasangan)
Selanjutnya, satu dari
macam-macam model pembelajaran ini juga penting dipahami. Model pembelajaran
Index Card Match (mencari pasangan) adalah model pembelajaran yang cukup
menyenangkan. Bahkan, model ini sering digunakan untuk mengulang materi yang
telah diberikan sebelumnya.
Materi
baru pun juga masih bisa diajarkan. Tapi dengan catatan, peserta didik diberi
tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu sehingga peserta
didik saat masuk ruangan kelas telah memiliki bekal pengetahuan.
Jika
menggunakan model pembelajaran Index Card Macth, peserta didik bisa belajar
aktif serta memiliki jiawa yang mandiri. Kendati dilakukan dengan cara bermain,
model pembelajaran Index Card Macth dipercaya ampuh untuk merangsang peserta
didik dalam melakukan aktivitas belajar secara bertanggung jawab serta
disiplin. Hingga pada akhirnya, tujuan pembelajaran bisa dengan mudah tercapai
dan berdampak pada prestasi belajar yang makin meningkat.
11.
Model Pembelajaran Kontekstual
Selanjutnya, model Pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) atau CTL adalah salah satu
konsep macam-macam model pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara
materi pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara nyata. Hingga pada
akhirnya, para siswa mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi dalam
kehidupan sehari-hari.
Kemudian,
bisa dikatakan juga jika CTL merupakan salah satu konsep pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh agar dapat menemukan
materi yang dipelajari, serta mampu menghubungkannya dengan situasi di
kehidupan nyata.
CTL
juga merupakan sebuah proses pendidikan yang memiliki tujuan untuk membantu
siswa melihat makna maupun arti dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari,
tentunya dengan cara menghubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari, yaitu
menggunakan konteks lingkungan pribadi, sosial, serta budaya yang dianutnya.
12.
Model Pembelajaran Kooperatif
Selanjutnya, salah satu
macam-macam model pembelajaran ini juga tidak kalah penting dipahami. Model
pembelajaran kooperatif dalam pengertian bahasa asing adalah cooperative
learning.
Sebenarnya,
jika dilihat secara hakekatnya, metode pembelajaran kooperatif adalah sebuah
metode atau strategi pembelajaran gotong-royong yang konsepnya hampir tidak
jauh beda dengan metode pembelajaran kelompok.
Salah
satu yang pembeda model pembelajaran kooperatif dengan metode pembelajaran
kelompok, ada pada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan
pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Pelaksanaan
prinsip dasar pokok sistem yang dilakukan dalam model pembelajaran kooperatif
dengan benar, maka sangat memungkinkan guru dapat dengan mudah mengelola kelas
agar lebih efektif. Dalam model pembelajaran kooperatif, sebenarnya proses
pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa.
Dengan
memahami macam-macam model pembelajaran di atas, setidaknya akan meningkatkan
efektivitas proses transfer ilmu yang kerap kali mengalami masalah karena
kemampuan peserta didik yang tidak semuanya sama.
13. Model Pembelajaran
Menyenangkan
Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran.
Seperti apa jenis-jenisnya. Bagaimana pula cara mengaplikasikan berbagai model
pembelajaran di kelas.
14.
Koperatif (CL, Cooperative Learning)
Pembelajaran
koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh
ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama,
pemberian tugas, dan rasa senasib.
Dengan
memanfaatkan kenyataan, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan
dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas,
tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi
karena koperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat, dan belajar
menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi
model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling
membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, dan memahami materi
secara mendalam.
Alur
pembelajaran koperatif adalah : informasi, pengarahan-strategi, membentuk
kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan membuat
laporan.
15. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah
pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka,
negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life
modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan,
motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana
menjadi kondusif, nyaman dan menyenangkan.
Prinsip
pembelajaran kontekstual adalah : siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya
menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi. Ada
tujuh indikator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model
lainnya:
1.Modeling (pemusatan perhatian,
motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu,
contoh).
2.Questioning (eksplorasi, membimbing,
menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi).
3.Learning community (seluruh siswa
berpartisipasi dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on,
mencoba, mengerjakan).
4.Inquiry (identifikasi, investigasi,
hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan.
5.Constructive (membangun pemahaman
sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis).
6.Reflection (review, rangkuman,
tindak lanjut).
7.Authentic assessment (penilaian
selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap
aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya
darei berbagai aspek dengan berbagai cara).
16.
Pembelajaran Langsung (DI, Direct Instruction)
Pengetahuan
yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada ketrampilan dasar
akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung.
Alurnya adalah menyiapkan
siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan
mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau
ekspositori (ceramah bervariasi).
17.
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL, Problem Based Learning)
Dalam hal ini masalah didefinisikan
sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya.
Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian
(menemukan pola, aturan, atau algoritma).
Kehidupan
adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan
mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada
masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara
adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan
menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator model
pembelajaran ini adalah:
1.metakognitif
2.elaborasi (analisis)
3.interpretasi
4.induksi
5.identifikasi
6.investigasi
7.eksplorasi
8.sintesis
9.generalisasi,
10.inkuiri.
18.
Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)
Model
pembelajaran ini dikembangkan oleh Sigmund Freud di Belanda dengan pola guided
reinvention dalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of mathematics,
yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan
uantuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan
vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio,
pengembangan matematika).
Prinsip
RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan
proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal dalam konteks melalui refleksi,
informal ke formal), inter-internment (keterkaitan-intekoneksi antar konsep),
interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari
guru dalam penemuan).
19.
PAIKEM
Sebuah model pembelajaran terpadu yang memfokuskan
diri pada pelaksanaan KBM yang aktif, inovatif dan menyenangan.
Ini merupakan salah satu contoh model pembelajaran
yang sangat populer di era 90an. Untuk mengetahui lebih lengkap dan detail
seputar PAIKEM, silahkan
20. Problem Posing
Contoh
model pembelajaran lainnya adalah problem posing. Seperti apa uraiannya? Ternyata
sangat menarik. Bentuk lain dari problem solving adalah problem posing,
yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali
masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simpel sehingga mudah
dipahami. Alurnya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi
kekeliruan, cari alternatif, menyusun soal-pertanyaan.
21. Problem Terbuka (OE, Open Ended)
Pembelajaran
dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan
permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga
bisa beragam (multi jawab, fluency).
Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan
orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi,
sharing, keterbukaan, dan sosialisasi.
Siswa dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan
metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban
siswa beragam. Selanjutnya siswa juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai
jawaban tersebut.
Dengan demikian model pembelajaran ini lebih
mementingkan proses daripada produk yang akan membentiuk pola pikir,
keterbukaan, dan ragam berpikir.
Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna
secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan peremasalahan
sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitkan dengan materi selanjutnya,
siapkan rencana bimbingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri).
Sintaknya adalah menyajikan masalah,
pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan
pengarahan, membuat kesimpulan.
22. Probing-Prompting
Mode
pembelajaran Probing-Prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan
serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi
proses berpikir yang mengakitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya
dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.
Selanjutnya siswa mengkonstruksikan
konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan
baru tidak diberitahukan.
Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab
dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau
harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses
pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab.
Kemungkinan akan terjadi sausana tegang, namun demikian bisa dibiasakan.
Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya
serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada
lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman,
menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus
dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah
berpartisipasi.
23. Pembelajaran Bersiklus (Cycle Learning)
Ramsey
(1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari
eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan
aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan, eksplanasi berarti
menghenalkan konsep baru dan alternatif pemecahan, dan aplikasi berarti
menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.
24. Examples Non Examples
Persiapkan
gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajikan
gambar ditempel atau pakai OHP, dengan petunjuk guru sebagai fasilitator
pendidikan peserta didik mencermati sajian, diskusi kelompok tentang sajian
gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, valuasi dan
refleksi.
25. Numbered Heads Together
NHT
adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan,
buat kelompok heterogen dan tiap peserta didik memiliki nomor tertentu, berikan
persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap peserta
didik tidak sama sesuai dengan nomor peserta didik, tiap peserta didik dengan
nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi
kelompok dengan nomnor peserta didik yang sama sesuai tugas masing-masing
sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap
peserta didik, umumkan hasil kuis dan beri reward.
26. Cooperative Script
Metode
belajar dimana peserta didik bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan
mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari (Danserau cs.,
1985).
27. Time Token
Model
ini digunakan (rebds, 1998) untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan sosial
agar peserta didik tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali.
28. Keliling Kelompok
Maksudnya agar masing-masing anggota
kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan
mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya Caranya :
1.Salah satu peserta didik dalam
masing-masing kelompok menilai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya
mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan
2.Peserta didik berikutnya juga ikut
memberikan kontribusi-nya
3. Demikian seterusnya giliran bicara
bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan.
29. TWO STAY TWO STRAY
Ini adalah salah satu model
pembelajaran yang cukup terkenal. Cara melakukannya :
1. Peserta didik bekerja sama dalam
kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang. Setelah selesai, dua orang dari
masing-masing menjadi tamu kedua kelompok yang lain
2. Dua orang yang tinggal dalam
kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka.
3. Tamu mohon diri dan kembali ke
kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain
Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.
30. Student Teams Achievement – Divisions (STAD)
STAD
adalah salah suatu model pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan,
buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara
kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis
individual dan buat skor perkembangan tiap peserta didik atau kelompok, umumkan
rekor tim dan individual dan berikan reward.
31. Jigsaw
Model
pembelajaran ini termasuk koperatif dengan sintaks seperti berikut ini :
Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar
(LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak peserta didik
dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian tertentu, tiap
kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang
sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok asal,
pelaksanaan tutorial pada kelompok asal oleh anggotan kelompok ahli,
penyimpulan dan evaluasi, refleksi. Silahkan pertimbangkan pemakaian jigsaw
sebagai modeling pembelajaran.
32. Quiz
Model
pembelajaran dengan memberikan quiz kepada siswa, baik berkelompok maupun
individu. Cara ini sangat baik untuk menumbuhkan semangat bersaing dengan
sehat.
33. Artikulasi
Artikulasi
adalah mode pembelajaran dengan alur: penyampaian kompetensi, sajian materi,
bentuk kelompok berpasangan sebangku, salah satu peserta didik menyampaikan
materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di
depan hasil diskusinya, guru sebagai fasilitator pendidikan membimbing peserta
didik untuk menyimpulkan.
34. Mind Mapping
Pembelajaran
ini sangat cocok untuk mereview pengetahuan awal murid. Tahapannya adalah: informasi
kompetensi, sajian permasalahan terbuka, murid berkelompok untuk menanggapi dan
membuat berbagai alternatif jawaban, presentasi hasil diskusi kelompok, murid
membuat ksimpulan dari hasil setiap kelompok, evaluasi dan refleksi.
35. Make a Match
Guru sebagai fasilitator pendidikan
menyiapkan kartu yang berisi persoalan-permasalahan dan kartu yang berisi
jawabannya, setiap murid mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal dan berusaha
menjawabnya, setiap murid mencari kartu jawaban yang cocok dengan persoalannya
murid yang benar mendapat nilai-reward, kartu dikumpul lagi dan dikocok, untuk
badak berikutnya pembelaarn seperti babak pertama, penyimpulan dan evaluasi,
refleksi.
Langkah-langkah pembelajarannya:
1.Guru sebagai fasilitator pendidikan
menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok
untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu
jawaban.
2.Setiap murid mendapat satu buah
kartu.
3.Tiap murid memikirkan jawaban/soal
dari kartu yang dipegang.
4. Setiap murid mencari pasangan
yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban). 5. Setiap murid
yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
5. Setelah satu babak kartu
dikocok lagi agar tiap murid mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya 7.
Demikian seterusnya.
6. Kesimpulan/penutup.
36.
Reciprocal Learning
Weinstein and Meyer (1998) mengemukakan bahwa
dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana murid
belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999)
mengatakan bahwa belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum,
bertanya, representasi, hipotesis. Untuk mewujudkan belajar efektif,
Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran resiprokal yakni :
1. Informasi.
2. Pengarahan.
3. Bekerja
secara berkelompok mengerjakan LKSD-modul.
4. Berefleksi
atau membaca-merangkum.
37. TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan
model ini dengan cara mengelompokkan murid heterogen, tugas tiap kelompok bisa
sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam
bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan
kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan
menyenangkan sepeti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru
sebagai fasilitator pendidikan bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan
ada sajian guyonan.
Setelah
selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas.
Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau
dalam rangak mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport.
38. Demonstrative Model
Pembelajaran
ini khusus untuk materi yang memerlukan peragaan media atau eksperimen.
Langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian gambaran umum materi bahan
ajar, membagi tugas pembahasan materi untuk tiap kelompok, menunjuk murid atau
kelompok untuk mendemonstrasikan bagiannya, dikusi kelas, penyimpulan dan
evaluasi, refleksi.
39. Explicit Instruction
Pembelajaran
ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritma-prosedural, langkah
demi langkah bertahap. Tahapannya adalah: sajian informasi kompetensi,
mendemontrasikan pengetahuan dan keterampilan prosedural, membimbing
pelatihan-penerapan, mengecek pemahaman dan balikan, penyimpulan dan evaluasi,
refleksi.
40. Scramble
Tahapannya
adalah: buatlah kartu soal sesuai marteri bahan ajar, buat kartu jawaban dengan
diacak nomornya, sajikan materi, membagikan kartu soal pada kelompok dan kartu
jawaban, murid berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk
jawaban yang cocok.
41. Flipped Classroom
Guru
menyiapkan bahan dan materi pelajaran untuk dipelajari siswa sebelum hari H.
Pada saat pertemuan, guru hanya memberikan refleksi dan penguatan.
42. Picture and Picture
Sajian
informasi kompetensi, sajian materi, perlihatkan gambar kegiatan berkaitan
dengan materi, murid (wakil) mengurutkan gambar sehingga sistematik, guru
mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep sesuai materi
bahan ajar, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.
43. Cooperative Script
Buat
kelompok berpasangan sebangku, bagikan wacana materi bahan ajar, murid
mempelajari wacana dan membuat rangkuman, sajian hasil diskusi oleh salah
seorang dan yang lain menanggapi, bertukar peran, penyimpulan, evaluasi dan
refleksi.
44. LAPS-Heuristik
Heuristik
adalah rangkaian pertanyaan yang bersifat tuntunan dalam rangaka solusi
masalah. LAPS (Logan Avenue Problem Solving) dengan kata lain apa masalahnya :
adakah alternative, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana
sebaiknya mengerjakannya. Tahapan: pemahaman masalah, rencana, solusi, dan
pengecekan.
45. Improve
Improve
singkatan dari Introducing new concept, Metakognitive questioning, Practicing,
Reviewing and reducing difficulty, Obtaining mastery, Verivication, Enrichment.
Tahapannya adalah sajian pertanyaan untuk mengantarkan konsep, murid latian dan
bertanya, balikan-perbnaikan-pengayaan-interaksi.
46. Treffinger
Pembelajaran
kreatif dengan basis kematangan dan pengetahuan siap. Tahapan: keterbukaan-urun
ide-penguatan, penggunaan ide kreatif-konflik internal-skill, proses rasa-pikir
kreatif dalam pemecahan masalah secara mandiri melalui
pemanasan-minat-kuriositi-tanya, kelompok-kerjasama, kebebasan-terbuka, reward.
47. VAK (Visualization, Auditory, Kinetics)
Model
pebelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan
ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siwa
yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya. Istilah tersebut sama
halnya dengan istilah pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic.
48.
AIR (Auditory, Intellectual, Repetition)
Model
pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu
pengulangan yang bermakna pendalama, perluasan, pemantapan dengan cara murid
dilatih melalui pemberian tugas atau quiz.
49. Kumon
Pembelajaran
dengan mengaitkan antar konsep, ketrampilan, kerja individual, dan menjaga
suasana nyaman-menyenangkan. Tahapansnya adalah: sajian konsep, latihan, tiap
murid selesai tugas langsung diperiksa-dinilai, jika keliru langsung
dikembalikan untuk diperbaiki dan diperiksa lagi, lima kali salah guru
membimbing.
50. Quantum
Memandang
pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik orkestra-simfoni. Guru harus
menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan
saling menghargai. Prinsip quantum adalah semua berbicara-bermakna, semua
mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha murid diberi reward.
Strategi quantum adalah tumbuhkan minat , alami-dengan dunia realitas murid,
namai-buat generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui
presentasi-komunikasi, ulangi dengan Tanya jawab-latihan-rangkuman, dan rayakan
dengan reward dengan senyum-tawa-ramah-sejuk-nilai-harapan.
51. Think Pair and Share (Frank Lyman, 1985)
Model
pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan tahapan: Guru menyajikan
materi klasikal, berikan persoalan kepada murid dan murid bekerja kelompok
dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok
(share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap murid, umumkan hasil kuis
dan berikan reward. Langkah-langkah:
1.Guru
menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
2.Murid
diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.
3.Murid
diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan
hasil pemikiran masing-masing.
4.Guru
memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil
diskusinya.
5.Berawal
dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan
dan menambah materi yang belum diungkapkan para murid.
6.Guru
memberi kesimpulan.
52. Role Playing
Tahapan dari model pembelajaran ini
adalah: guru menyiapkan skenario pembelajaran, menunjuk beberapa murid untuk
mempelajari scenario tersebut, pembentukan kelompok murid, penyampaian
kompetensi, menunjuk murid untuk melakonkan skenario yang telah dipelajarinya, kelompok
murid membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok,
bimbingan penimpoulan dan refleksi.
Jika tertarik menggunakan metode pembelajaran ini,
maka langkah-langkahnya :
1.Guru menyusun/menyiapkan skenario
yang akan ditampilkan.
2.Menunjuk beberapa murid untuk
mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum KBM.
3.Guru membentuk kelompok murid yang
anggotanya 5 orang.
4.Memberikan penjelasan tentang
kompetensi yang ingin dicapai.
5.Memanggil para murid yang sudah
ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan.
6.Masing-masing murid berada di
kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan.
7.Setelah selesai ditampilkan,
masing-masing murid diberikan lembar kerja untuk membahas penampilan
masing-masing kelompok.
8.Masing-masing kelompok menyampaikan
hasil kesimpulannya.
9.Guru memberikan kesimpulan secara
umum.
10.Evaluasi.
53. Talking Stick
Tahapan
pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, murid
mebaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan
tongkat kepada murid dan murid yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari
guru, tongkat diberikan kepad murid lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan
seterusnya, guru membimbing kesimpulan-refleksi-evaluasi.
54. Snowball Throwing
Tahapannya
adalah: Informasi materi secara umum, membentuk kelompok, pemanggilan ketua dan
diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap
kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok
lain menjawab secara bergantian, penyuimpulan, refleksi dan evaluasi.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan materi yang
akan disajikan.
2. Guru membentuk
kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan
penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing ketua kelompok
kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang
disampaikan oleh guru kepada temannya.
4. Kemudian masing-masing murid
diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja
yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kemudian kertas yang berisi
pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu murid ke murid
yang lain selama ± 15 menit.
6. Setelah murid dapat satu
bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada murid untuk menjawab
pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara
bergantian.
7. Evaluasi.
8. Penutup
55. Student Facilitator and Explaining
Langkah-langkahnya adalah: informasi
kompetensi, sajian materi, murid mengembangkannya dan menjelaskan lagi ke murid
lainnya, kesimpulan dan evaluasi, refleksi. Murid mempresentasikan ide/pendapat
pada rekan peserta lainnya. Langkah-langkah:
1.Guru menyampaikan kompetensi yang
ingin dicapai.
2.Guru mendemonstrasikan/menyajikan
materi.
3.Memberikan kesempatan murid untuk
menjelaskan kepada murid lainnya misalnya melalui bagan/peta konsep.
4.Guru menyimpulkan ide/pendapat dari
murid.
5.Guru menerangkan semua materi yang disajikan
saat itu
56.
Course Review
Langkah-langkahnya: informasi kompetensi, sajian
materi, tanya jawab untuk pemantapan, murid atau kelompok menuliskan nomor
sembarang dan dimasukkan ke dalam kotak, guru membacakan soal yang nomornya
dipilih acak, murid yang punya nomor sama dengan nomor soal yang dibacakan guru
berhak menjawab jika jawaban benar diberi skor dan murid menyambutnya dengan
yel hore atau yang lainnya, pemberian reward, penyimpulan dan evaluasi,
refleksi.
57. INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE
IOC
adalah mode pembelajaran dengan sistim lingkaran kecil dan lingkaran besar
(Spencer Kagan, 1993) di mana murid saling membagi informasi pada saat yang
bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Tahapannya
adalah: Separuh dari jumlah murid membentuk lingkaran kecil menghadap keluar,
separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam, murid yang
berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, murid yang berada di lingkran
luar berputar keudian berbagi informasi kepada teman (baru) di depannya, dan
seterusnya.
58. Tebak Kata
Langkah-langkah
:
1. Guru menjelaskan kompetensi yang
ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
2. Guru menyuruh murid berdiri
berpasangan di depan kelas
3. Seorang murid diberi kartu yang
berukuran 10 x 10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang murid yang
lainnya diberi kartu yang berukuran 5 x 2 cm yang isinya tidak boleh dibaca
(dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga. Murid yang
membawa kartu 10 x 10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya
sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10 x 10 cm. Jawaban
tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan tsb.
4. Apabila jawabannya tepat (sesuai
yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada
waktu yang telah ditetapkan, murid boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal
jangan langsung memberi jawabannya.
59. MEA (Means-Ends Analysis)
Model
model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan
masalah dengan tahapan: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah
berbasis heuristik, elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana,
identifikasi perbedaan, susun sub-sub masalah sehingga terjadli koneksivitas,
pilih strategi solusi
60. CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending)
Modeling
pembelajaran ini sudah cukup terkenal. Tahapannya adalah (C) koneksi informasi
lama-baru dan antar konsep, (0) organisasi ide untuk memahami materi, (R)
memikirkan kembali, mendalami, dan menggali, (E) mengembangkan, memperluas,
menggunakan, dan menemukan.
61.
SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)
Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang
dapat mengembangkan meta kognitif murid, yaitu dengan menugaskan murid untuk
membaca bahan belajar secara seksama-cermat, dengan tahapan: Survey dengan
mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, Question dengan
membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi
bahan ajar), Read dengan membaca teks dan cari jawabanya, Recite dengan
pertimbangkan jawaban yang diberikan (catat-bahas bersama), dan Review dengan
cara meninjau ulang menyeluruh
62. MID (Meaningful Instructional Design)
Model
ini adalah pembnelajaran yang mengutamakan kebermaknaan belajar dan
efektifivitas dengan cara membuat kerangka kerja-aktivitas secara konseptual
kognitif-konstruktivis. Tahapannya adalah (1) lead-in dengan melakukan kegiatan
yang terkait dengan pengalaman, analisi pengalaman, dan konsep-ide; (2)
reconstruction melakukan fasilitasi pengalaan belajar; (3) production melalui
ekspresi-apresiasi konsep
63. KUASAI
Pembelajaran
akan efektif dengan melibatkan enam tahap berikut ini, Kerangka pikir untuk
sukses, Uraikan fakta sesuai dengan gaya belajar, Ambil pemaknaan
(mengetahui-memahami-menggunakan-memaknai), Sertakan ingatan dan hafalkan kata
kunci serta koneksinya, Ajukan pengujian pemahaman, dan Introspeksi melalui
refleksi diri tentang gaya belajar.
64. DLPS (Double Loop Problem Solving)
DPLS
adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada
pencarian kausal (penyebab) utama dari timbulnya masalah, jadi berkenaan dengan
jawaban untuk pertanyaan mengapa. Selanjutnya menyelesaikan masalah tersebut
dengan cara menghilangkan gap yang menyebabkan munculnya masalah tersebut.
Tahapannya
adalah: identifkasi, deteksi kausal, solusi tentative, pertimbangan solusi,
analisis kausal, deteksi kausal lain, dan rencana solusi yang terpilih. Langkah
penyelesdai maslah sebagai berikurt: menuliskan pernyataan masalah awal, mengelompokkan
gejala, menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi, mengidentifikasui
kausal, imoplementasi solusi, identifikasi kausal utama, menemukan pilihan
solusi utama, dan implementasi solusi utama.
65. COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)
Terjemahan
bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif –
kelompok. Tahapannya adalah: membentuk kelompok heterogen 4 orang, guru
memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, murid bekerja
sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap
wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok,
refleksi. Seperti apa contoh pembelajaran dari CIRC?
Langkah-langkah : 1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara
heterogen 2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran 3.
Murid bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi
tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada selembar kertas 4.
Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok 5. Guru membuat kesimpulan bersama
66.
MODEL PEMBELAJARAN JARAK JAUH
Kini juga sudah ada model pembelajaran jarak jauh
dimana guru dan para peserta didik tidak perlu bertatap muka langsung, tetapi
melakukan pembelajaran secara online dengan bantuan aplikasi Zoom Cloud
Meetings. Untuk memahami cara kerjanya, silahkan baca artikel tentang panduan
menggunakan Zoom
Cloud Meetings untuk
melakukan pembelajaran online.
Hanya menambahkan bahwa model-model pembelajaran
yang ada harus dimaknai sebagai sarana bukan sesuatu yang kaku tetapi justru
perlu diperkaya dan diberikan variasi.
Jangan sampai guru hanya mencari referensi jenis
model pembelajaran tetapi tidak mau berinovasi karena keadaan kelas yang
berbeda juga butuh penanganan dan macam macam model pembelajaran berbeda
pula.
PENTUTUP
Dengan
memahami salah satu atau lebih model-model pembelajaran tersebut, setidaknya
dapat meningkatkan efektivitas dan kreatifitas proses pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik yang kerap kali mengalami masalah karena tingkat kemampuan
peserta didik yang tidak sama. Semua pihak diharapkan dapat mengimplementasikan
Permendikbud No 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses untuk mencapai hasil
minimal pada setiap jenis dan jenjang satuan pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar