Senin, 11 Oktober 2021

 

ISLAM DAN KEPEMIMPINAN (SEBUAH CATATAN UNTUK CALON PEMIMPIN)

KAJIAN REFLEKTIF TEORITIS DALAM PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN IDEAL

H.Hamzah H.Syahrir

 

Pembahasan

Dalam masyarakat beradab, kepemimpinan dibangun atas dasar konsensus nilai-nilai kearifan lokal, jika kultur dan kearifan lokal dikaitan dengan aktivitas kepemimpinan, maka kepemimpinan menjadi sebuah entitas yang tidak terpisahkan, tidak terlepas dari nilai-nilai budaya dan kehidupan sosial masyarakat, tidak dipertentangkan dengan adat istiadat, harus direlasikan atau di integrasikan. Salah satu ciri kearifan lokal adalah memiliki tingkat solidaritas yang tinggi atas lingkungannya.

Sebaik-baiknya pemimpin di antara kamu adalah mereka mencintai kamu dan kamupun mencintainya dan seburuk-buruknya pemimpin di antara kamu adalah mereka membencimu dan kamupun membencinya. (HR.Tarmidzi). Hadis ini mengisyaratkan bahwa sosok pemimpin dalam setiap akivitas menjadi figur yang penuh dengan mahabbah (rasa cinta). Kepemimpinan dan keindahan akhlak Rasulullah sungguh mengundang banyak perhatian setiap orang yang mengenalnya. Tampilan perilaku dan kesantunannya tercermin dalam sikap keseharian sebagai seorang pemimpin.

Sebagai seorang kepala rumah tangga, ia menjadi pemimpin yang baik untuk isteri dan anak-anaknya. Sebagai seorang kepala pemerintahan, ia pemimpin yang memiliki sikap bertanggung jawab untuk memberi kenyamanan, ketenteraman, kemakmuran, dan keadilan bagi rakyat. Keluhuran akhlak sebagai pemimpin umat, khatamul anbiyai wal mursalin sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS Al Qolam yang artinya, Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung. Dalam masa perjalanan mengemban amanat, kesantunannya senantiasa menjadi buah bibir kebaikan.

Seorang sahabat bertanya kepada Siti Aisyah, Ya ummal mu’minin apa akhlak Rasulullah sedemikian indah perilakunya, kemudian Siti Aisyah menjawab, Khuluquhul quran. (akhlaknya adalah Alquran)

Tren demokrasi yang marak menjelang suksesi kepemimpinan selalu menjadi fenomena menarik. Aneka ragam potret wajah calon dan kandidat menghiasi hampir di setiap pojok tatapan mata. Semua mengundang perhatian, dengan sedikit sentuhan kata manis, janji, dan harapan menjadi kata kunci “pilih saya” sebagai pemimpin dan wakil anda.

Tidak sedikit mereka yang harus mengeluarkan modal besar hanya untuk mencari kekuatan massa, gengsi, dan sensasi bercampur dengan rasa percaya diri, meskipun terkadang tidak bercermin diri, menarik justru bagi sebagian orang menjadi lahan basah untuk mengeruk keuntungan. Tidak kalah hebatnya kesiapan pihak rumah sakit jiwa sudah mempersiapkan ratusan kamar dengan aneka fasilitas bagi mereka yang tidak siap dan gagal jadi pemimpin karena stres.

Semestinya kita belajar dengan mengambil teladan Rasulullah dan para sahabatnya dan apa di balik keberhasilan dan kesuksesannya. Ada empat sifat kepemimpinan Rasulullah yang menjadi kunci sukses yakni:

1. Siddiq (bersikap jujur)

KPK kini marak mengungkap banyak kasus korupsi dan penyelewengan anggaran yang terjadi di kalangan pejabat dan esekutif dan legislatif, Ssemakin jelas bahwa sifat jujur mutlak dimiliki oleh seorang pemimpin. Jujur untuk menghargai orang lain, jujur untuk mengakui kesalahan, kekurangan, dan jujur dalam menyampaikan fakta kebenaran. Rasulullah bersabda dalam sebuah HR Mukhari Muslim) artinya Bersikap jujurlah karena kejujuran akan mengantarkan orang pada kebaikan dan kebaikan menunjukkan jalan ketakwaan. (waj’alnaa lilmuttaqiina Imaama)

2. Amanah (dapat dipercaya)

Rasulullah mendapatkan gelar Al Amiin, artinya orang yang yang dapat dipercaya untuk menunaikan amanah. Jatuh hatinya Siti Khodijah karena nabi sukses dalam mengemban amanah perniagaan. Demikian pula keberhasilan dakwah dan penyebaran Islam karena nabi amanah dalam mengemban risalah Ilahiah. Dalam QS Annisa 58 artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

3. Tabliq (mengomunikasikan pesan kebenaran)

Qulil haqqa walau kaana murran.Sampaikanlah olehmu kebenaran itu meskipun pahit. Sifat seorang pemimpin wajib memiliki keberanian untuk menyampaikan kebenaran. Tegas dan lugas dalam menerapkan supremasi hukum dan keadilan. Seorang pemimpin harus cermat mengemas komunikasi sesuai dengan bahasa yang mudah dimengerti banyak orang, sehingga setiap pesan moral, visi, dan misi yang diemban menjadi semangat bersama untuk membangun masyarakat sebagaimana Rasulullah sukses membangun Yastrib menjadi Kota Madinah.

4. Fathanah (intelek dan cerdas)

Kecerdasan Rasulullah membaca hikmah dari setiap peristiwa yang terjadi melahirkan ide gemilang menuju perubahan masyarakat. Keputusan jihad dan hijrah merupakan kompilasi dari kecerdasannya. Penyatuan umat yang terpecah karena suku dan kabilah membutuhkan strategi. Fakta kejeliaan dalam menempatkan pemimpin sebagai pelaku perubahan masyarakat (agent of change) menjadi bukti intelektualitas sebagai pemimpin visioner (salah satu sikap dan kepribadian yang bisa dijadikan acuan bagi seorang pemimpin. Secara sederhana visioner adalah kemampuan memanfaatkan peluang ke depan)

Penutup
Sebagai pemimpin hendaknya kita selalu berupaya menyempurnakan keilmuan, berani mengambil risiko dan mampu mengambil ibrah dari keberhasilan serta kegagalan para pemimpin sebelumnya. Jadilah pemimpin yang berangkat atas dasar adab, keilmuan dan ketakwaan, bukan atas dasar nafsu dan keserakahan.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar