Kamis, 25 Desember 2014

KAJIAN PEMBELAJARAN SEJARAH DAN PENERAPAN BELAJAR MELALUI SISTEM DINAMIKA KELOMPOK YANG EFEKTIF Oleh : Hamzah Widyaiswara LPMP NTT



PENDAHULUAN


UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3  menegaskan Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dengan tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, peka terhadap lingkungan serta bertanggung jawab.

Tidak dapat di pungkiri bahwa pendidikan sejarah sebagai salah satu mata pelajaran yang ada dalam kurikulum sangat berperan dalam membentuk watak, kepribadian bangsa terutama generasi muda. Peristiwa sejarah yang syarat kisah historis diharapkan guru mampu membangkitkan semangat peserta didik dalam belajar sejarah, sehingga peserta didik tertanam rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa, semangat kebangsaan, persatuan dan kesatuan. Pembelajaran sejarah yang diberikan di sekolah bertujuan agar peserta didik  memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif dalam memahami sejarah, mampu mengembangkan potensi dirinya secara kronologis, memiliki pengetahuan masa lampau yang digunakan untuk memahami dan menjelas proses perkembangan perubahan yang terjadi di masyarakat, meneruskan dan menumbuhkan jati diri sebagai bangsa yang tangguh, memiliki ilmu pengetahuan yang berkualitas, berbobot di tengah-tengah peradaban masyarakat dunia yang semakin maju, menyadari adanya keragaman kemampuan, pengalaman dan pola  hidup masyarakat dan cara pandang yang berbeda terhadap peristiwa masa lampau untuk memahami masa kini dan membangun pengetahuan dan pemahaman untuk menghadapi masa yang akan datang.
Mata Pelajaran sejarah merupakan suatu mata pelajaran yang kurang diminati oleh pserta didik jika dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Hal ini yang menjadi penyebabnya adalah: Strategi pembelajaran sejarah tidak menarik sehingga peserta didik merasa bosan dan jenuh karena guru masih menggunakan satu metode yakni  metode ceramah (Monoton) dan terkesan guru lebih banyak berperan ketimbang peserta didik. Seyogyanya yang lebih banyak berperan dan aktif belajar adalah peserta didik bukan guru. Guru hanya berkapasitas sebagai mengarahkan peserta didik. Model pembelajaran seperti ini sudah saatnya harus di rubah dengan model-model pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik belajar; Minimnya penggunaan alat peraga / media pembelajaran dan guru terkesan membelajarkan peserta didik apa adanya.

Penggunaan alat peraga / media pembelajaran bertujuan untuk membantu peserta didik dalam memahami suatu konsep yang masih bersifat abstrak, baik yang bersifat masa lampu maupun peristiwa masa kini. Alat peraga / media pembelajaran pada hakikatnya adalah menjembatani peserta didik dalam mencapai kompetensi. Media dalam pembelajaran sejarah memiliki peranan yang sangat penting membantu peserta didik dalam memahami kompetensi yang masih bersifat abstrak menjadi kongkrit; Peserta didik menganggap belajar sejarah tidak  berguna  untuk  mengembangkan  potensi dirinya dan menganggap pembelajaran sejarah merupakan salah satu pembelajaran hafalan belaka, sehingga peserta didik merasa tidak ada tantangan dan motvasi untuk mempelajarinya. Hal ini diperparah oleh kondisi guru yang tidak memiliki kemampuan dan keterampilan dalam merancang model-model pembelajaran sejarah yang dapat mengaktifkan peserta didik dalam belajar memahami suatu peristiwa sejarah yang akan  di pelajarinya sehingga peserta didik menganggap pembelajaran sejarah sebagai suatu yang tidak bermakna bagi dirinya.

Haryono (1995) menegaskan bahwa pembelajaran sejarah tergantung pada kepentingan dan ketertarikan. Bertolak dari pandangan tersebut menuntut guru harus memiliki kompetensi, keterampilan dan kreatif dalam merancang model rencana pelaksanaan pembelajaran yang menarik dan dapat menegmbangkan potensi peserta didik untuk aktif belajar. Untuk mendorong peserta didik lebih berparan aktif dalam pembelajaran maka guru hendaknya memadukan berbagai metode pembelajaran sehingga pembelajaran dapat menantang peserta didik lebih aktif dalam belajar. Banyak aspek yang mempengaruhi proses pembelajaran yang tidak bermutu dan bermakna bagi peserta didik disamping kemampuan guru, namun melalui makalah ini hanya membahas bagaimana dampaknya belajar melalui dinamika kelompok.

DINAMIKA KELOMPOK

Dinamika kelompok merupakan kekuatan yang dimiliki sekelompok masyarakat yang dapat memunculkan suatu perubahan dan tata cara kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Depdikbud (1995). Salah satu  langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh guru dalam membangun ketertarikan dan minat peserta didik dalam pembelajaran sejarah maka asumsinya jika peserta didik senang belajar sejarah maka pesan dalam pembelajaran sejarah harus mudah di pahami oleh peserta didik dan pada akhirnya diharapkan peserta didik dapat membentuk kepribadian dan mampu meningkatkan prestasi akademiknya. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat menarik bakat dan minat peserta didik dalam belajar sejarah adalah menerapkan sistem belajar peserta didik melalui dinamika kelompok, dengan tujuannya adalah membangun komunitas belajar peserta didik guru dituntut mampu menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan. Pelaksanaan pembelajaran melalui dinamika kelompok  harus diartikan sebagai sesuatu membangun potensi peserta didik untuk menunjang terciptanya pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik belajar dalam ruang lingkup yang konduksif. Bagaimana tujuan belajar melalui dinamika kelompok baik bagi individu, kelompok, pemimpin komunitas, maupun bagi guru.

BAGI INDIVIDU


Belajar melalui dinamika kelompok bagi individu dimaksudkan agar peserta didik lebih mengenal potensi dirinya dengan komunitas belajar di sekelilingnya sehingga dapat memacu peserta didik lebih berperan aktif dalam komunitas belajar, dan sadar akan kelebihan dan kekurangannya dan mampu menyesuaikan diri dengan sesama anggota kelompok.

BAGI KELOMPOK

Penerapan Belajar melalui dinamika kelompok bagi kelompok adalah agar peserta didik dilatih berperan aktif untuk mengembangkan potensi dirinya dalam melihat berbagai permasalahan yang terjadi secara bersama, mengkaji permasalahan, memecahkan dan mengambil tindakan kesimpulan bersama.

BAGI PEMIMPIN KOMUNITAS

Mengembangkan pembelajaran melalui kegiatan dinamika kelompok bagi pemimpin komunitas agar berperan lebih aktif, kreatif, dan efektif dalam pembelajaran dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan komunitas yang dipimpinnya dan mampu menciptakan iklim belajar yang lebih bermakna bagi anggota komunitas belajarnya.

BAGI GURU

Belajar melalui dinamika kelompok bagi guru di maksudkan untuk mendinamiskan kelas sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena demikian maka guru harus memiliki kemampuan dan menguasai beberapa metode/ strategi dalam membelajarkan peserta didik  diantaranya tehnik belajar melalui dinamika kelompok.

Tehnik belajar melalui dinamika kelompok terkenal dengan sebutan ice breeker (pemecahan masalah) yang berfungsi untuk menghindari kekakuan hubungan antar personal, kebosanan terhadap situasi tertentu dan memperkuat sinergi kerja tim Brian Clegg dan Paul Brich (2001). Mengapa harusnya belajar melalui dinamika kelompok, sekurang-kurangnya ada tiga yang menjadi alasan yang mendasar  perlunya penerapan sistem belajar melalui dinamika kelompok dalam pembelajaran sejarah antara lain : peserta didik aktif dalam pembelajaran, peserta didik merasa senang dan tertarik, terpanggil serta kesadaran untuk aktif dalam kegiatan belajar, Peserta didik merasa diajak atau ditantang untuk berpikir, kritis, peka terhadap lingkungan, bersikap mandiri, bekerjasama dalam kelompok, bertanggung jawab, bertanya, berpendapat atau menceritakan pengalamannya, melakukan percobaan dan pengamatan langsung apa yang dipelajarinya, belajar di dalam dan diluar kelas dengan menggunakan berbagai sumber belajar, menulis laporan percobaan atau hasil penagamatan dengan kata-kata sendiri, dan aktif  belajar dalam bentuk diskusi.

 Memebangun komunitas belajar  biasa dilakukan dengan melalui  beberapa  cara seperti :
 menyanyi bersama, menari, menepuk tangan, membaca puisi, bercerita pengalaman, bermain peran, dan mengajukan beberapa pertanyaan. Membangun komunitas belajar peserta didik biasanya diterapkan pada kegiatan awal pembelajaran setelah berdoa bersama dan lebih dikenal sebagai kegiatan apersepsi. Kegiatan ini  sangat baik sebagai selingan dalam kegiatan pembelajaran inti. Tujuannya adalah untuk  mencegah kejenuhan dan kebosanan peserta didik hal ini tergantung kondisi dan kreatifitas guru dalam mempertahankan semangat belajar peserta didik hingga akhir pembelajaran.

 Selain dinamika kelompok, guru hendaknya mencari strategi lain untuk mendorong peserta didik memahami konsep atau kompetensi, baik menggunakan sistem pendekatan pembelajaran kontekstual, cooperatif learning, DD/CT, maupun CTL. Rencana pelaksanaan pembelajaran harus mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang hendak dicapai oleh peserta didik.. Hal ini guru harus mampu menyesuaikan dengan perkembangan karakteristik peserta didik.

Contoh: Kompetensi Dasar :  Memahami pergerakan Nasional. Indikator / materi Organisasi. Langkah-langkah pembelajarannya: membagi kelompok belajar terdiri dari 3-4 orang peserta didik, setiap kelompok di beri tugas untuk mengidentifikasi organisasi bersifat kedaerahan, Nasional dan masyarakat, pemimpin, kurun waktu di dirikan, dan tujuan organisasi menurut peserta didik ketahui, memberikan tugas individu : identifikasi peranan organisasi,. manfaat mengikuti organisasi, .hambatan jika mengikuti kegiatan organisasi, alasan bergabung dalam organisasi, mengidentifikasi program organisasi, setiap kelompok mempresetasekan hasil kerja kelompok; dan menyimpulkan materi pembelajaran.

 Menerapkan metode pembelajaran aktif (Active Learning) Kurikulum  mengisyaratkan perlunya perubahan paradigma diantaranya pola teacher center menjadi student center.hal ini menuntut perubahan sistem pembelajaran dari pola pikir instruktif menjadi fasilitatif. Dengan demikian  guru harus mengupayakan pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik menggali potensi yang dimilikinya. Sudah cukup banyak upaya pemerintah menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dengan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk meningkatkan kompetensi guru dalam memahami berbagai strategi pembelajaran maupun melalui media cetak untuk membantu guru dalam mengaktifkan peserta didik belajar aktif, seperti diskusi kelompok, berpasangan, simulasi, studi lapangan, wawancara  nara sumber, menemukan, merekam, rol playing, sosiodrama dan lain sebagainnya.  Oleh karena itu kreatif dan inofatif guru sangat diperlukan dalam merancang model-model pembelajaran seperti model pembelajaran contextual teaching and learning yang memiliki tujuan pilar meliputi: contructivisme, inquri, modeling, learning community, Qestioning, reflection, dan authentic assessment.

Kekurangan pengetahuan guru memaknai manfaat media yang sangat minim sehingga guru membelajarkan peserta didik hampir tidak menggunakan media. Hal ini mungkin karena keterbatasan kemampuan guru dan sekolah menyediakannya. Jika guru memiliki kreratifitas yang tinggi dan memahami fungsi media dan mengusai tehnik   penggunaanya maka secara bertahap guru mampu meningkatkan hasil proses dan hasil belajar peserta didik. Hal ini sangat membantu peserta didik bila guru mampu menerapkannya, seperti menggunakan media VCD atau menggunakan OHP. Hal ini mungkin tidak semua sekolah memilikinya. Pertanyaanya apakah keterbatasan media akan menghabat proses pembelajaran? Guru atau sekolah tidak membiarkan hal tersebut terjadi, oleh karena itu maka dengan adanya kreatifitas guru akan dapat mengatasi kondisi tersebut, sehingga dengan memiliki kreatifitas yang tinggi guru mampu menyajikan pembelajaran yang menarik dengan menggunakan media sederhana asalkan guru memiliki kemauan untuk berkreasi.

 Contoh :Kompetensi dasar: Memahami kolonialisme dan imperialisme barat di Indonesia. Indikator / Materi : Sebab-sebab kedatangan bangsa barat di Indonesia. Media pembelajaran Rempah-rempah antara lain lada, cengkeh, ketumbar, jinten, dll. Langkah-langkah pembelajarannya : membagi kelompok belajar yang anggotanya terdiri dari 3-4 orang peserta didik dan setiap kelompok di minta untuk mengamati dan mengidentifikasi rempah-rempah, langkah berikutnya peserta didik diberi tugas secara individu untuk mengidentifikasi manfaat rempah-rempah dan menjelaskan ketertarikan bangsa barat terhadap rempah-rempah di Indonesia. Selanjutnya setiap kelompok di minta untuk mempresentasikan hasil diskusinya, dan kemudian peserta didik dan guru menyimpulkan bersama hasil belajar, serta  mengadakan refleksi.

REFLEKSI

Refleksi merupakan suatu ungkapan yang mencerminkan keadaan diri setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang berfungsi sebagai suatu tindakan evaluasi diri terhadap kebermaknaan pembelajaran. Refleksi sebagai upaya memberikan pembelanjaran bermakna bagi peserta didik yang merupakan salah satu prinsip pembelanjaran berbasis kompetensi. Guru tidak sekedar menyampaikan kompetensi atau materi yang harus di di kuasai dan miliki oleh pesrta didik, tetapi bagaimana peserta didik memaknai kompetensi-kompetensi atau materi yang tertuang dalam pebelanjaran itu, di mana peristiwa atau kejadian yang sudah di pelajarinya, apa kegunaannya  mempelajari sejarah. Oleh karena itu pembelanjaran sejarah tidak terjebak pada verbalisme dan pada akhir pembelanjaran guru perlu melakukan refleksi. Media pembelanjaran bagi paserta didik guru dan pemaknaan terhadap konsep atau materi yang telah di pelajarinya. Dengan demikian pertanyaan yang muncul adalah bagaimana pendapatmu tentang pembelanjaran hari ini, apa yang kalian dapatkan hari ini, Nilai-nilai apa yang terkandung dalam materi pembelanjaran yang telah di pelajari, dan bagaimana menanamkan nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari ?

PENUTUP

KESIMPULAN

Secara umum dari beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta budaya global yang tidak bisa terelakan membawa dampak adanya perubahan paradigma di bidang pendidikan. Hal ini hendaknya di sikapi dengan arif dan bijaksana dengan menggunakan pikiran terbuka. Sebagai tenaga fungsional di bidang pendidikan guru harus mampu meningkatkan kompetensi pedagoginya, profesional, kepribadian dan sosial, untuk menghadapi segala tantangan yang semakin berat. Kreativitas guru dalam mengelola pembelanjaran menjadi sangat penting. Dengan memiliki kemampuan dan kreatif guru mampu merancang model-model pembelajaran yang menarik dan akan menjadikan peserta didik lebih terlatih untuk bersikap dan bertidak secara profesional. Selain upaya pemerintah, guru / sekolah/ komite sekolah/ yayasan persekolahan/ dewan pendidikan dituntut harus proaktif untuk mengidentifikasi kekurangan / kelemahan / kebutuhan komponen sekolah yang dijadikan dasar dalam pengambilan kebijakan dalam menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan komponen sekolah khususnya membantu meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran. Dengan melalui Pendidikan  dan pelatihan (Diklat)  secara berjenjang. guru diharapkan mampu meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang bermutu di berbagai jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah. Melakukan suatu perubahan ke arah yang  positif merupakan sesuatu yang sangat penting dalam dunia pendidikan dewasa ini. Sebaiknya sekarang di mulai dari hal-hal yang kecil dari dalam diri kita sendiri.

Daftar Pustaka

Depdikbud 1995, Pengajaran sejarah kumpulan simposium, Jakarta.
UURI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dyah Sriwilujeng 2002 Refleksi dan evaluasi PPPG IPS dan PMP Malang.
Haryono 1995 Mempelajari sejarah efektif Jakarta Pusat Jaya.
Wirdarwati dan suntari  2002 dinamika kelompok PPPG IPS dan PMP Malamg.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar