KAJIAN TENTANG PRESTASI BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR,
SERTA
AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN SIKLUS
BELAJAR DAN PADA
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI-
SMP ADHYAKSA 2 KUPANG
Oleh
Hamzah
LPMP NTT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan oleh manusia secara sadar guna menjamin perkembangan
dan kelangsungan hidup manusia. Melalui proses pendidikan perubahan - perubahan
kualitas hidup manusia akan dapat diwujudkan. Hal ini berarti kegiatan yang
dilaksanakan oleh manusia dari zaman ke zaman memiliki suatu tujuan tertentu.
Pencapaian tujuan pendidikan dapat
diraih melalui kegiatan pembelajaran. Pembelajaran merupakan aktivitas
belajar mengajar yang di dalamnya terdapat dua subyek yaitu pendidik dan peserta didik. Tugas dan
tanggung jawab utama seorang pendidik adalah mengelola pengajaran dengan lebih
efektif, dinamis, efisien dan positif yang ditandai dengan adanya kesadaran dan
keterlibatan aktif diantara pendidik sebagai penginisiatif awal, pengarah dan
pembimbing, sedang peserta didik yang mengalami dan terlibat aktif untuk
memperoleh perubahan diri dalam pengajaran.
Dalam proses
pembelajaran seorang pendidik berkewajiban menumbuh kembangkan motivasi dalam
diri peserta didik secara efektif karena keberhasilan suatu pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh adanya penyediaan motivasi atau dorongan.
Pendidik yang
inovatif dapat menumbuhkan motivasi kepada peserta didik melalui cara mengajar
yang bervariasi, mengadakan pengulangan informasi, memberikan stimulus baru,
menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian peserta didik, seperti
foto, diagram sehingga peserta didik terangsang untuk belajar dan terlibat
aktif dalam pembelajaran karena dia melihat bahwa sistem pembelajaran cenderung
memuaskan dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya sehingga timbul usaha yang
tinggi dalam belajar untuk mencapai kebutuhannya.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang
teroganisasi tentang kegiatan msyarakat social di sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui
serangkaian proses ilmiah. Proses ini antara lain meliputi penyelidikan,
penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Selain itu mata pelajaran social adalah program untuk menanamkan dan
pengembangan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah dan sosial pada siswa, serta
mencintai dan menghargai kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
Mata pelajaran
IPS yang mempelajari sifat manusia sebagai makhluk sosial yang berinteraksi
dengan lingkungannya sehingga terbentuk pola masyarakat yang memberikan sebuah norma-norma sebagai hasil hubungann sosial .
Dalam
mempelajari konsep-konsep norma sosial
tidak hanya terpaku terhadap teori-teori yang ada dalam buku pegangan tetapi
bisa juga dijumpai dalam lingkungan sekitar dan dikaitkan dengan teori yang
ada. Keterkaitan konsep-konsep dalam nor- ma sosial dalam kehidupan nyata
dapat diamati secara langsung melalui gejala sosial yang terjadi di lingkungan sekitar, karena
pada hakekatnya setiap individu tidak akan terlepas dengan lingkungan. Adanya
keterkaitan antara individu dengan lingkungan baik lingkungan fisik dan
lingkungan non fisik akan selalu terjadi, termasuk siswa yang belajar norma-norma
sosial. Dengan pengetahuan yang diperoleh di sekolah, siswa dapat menyikapi
mengapa dan bagaimana gejala fenomena sosial yang terjadi.
Dengan demikian
pendekatan baru dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial adalah merupakan suatu keyakinan bahwa pengajaran
IPS harus diajarkan pada siswa sehingga dapat membawa siswa ke arah peningkatan
kualitas hidup dan kesejahteraan, mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya
secara utuh (self- actualyzed),
melakukan pendekatan baru terhadap situasi untuk memecahkan masalah melalui
pemikiran yang mendalam dengan mengkombinasikan unsur- unsur kemampuan yang
dimiliki yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Pembelajaran
konstruktivistik merupakan suatu pembelajaran dengan siswa mengkonstruksi
sendiri pengetahuan dan pemahamannya terkait dengan belajar mengajar. Adanya paradigma konstruktivistik
berpengaruh kepada strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Pada proses
pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator dan siswa sebagai pembelajar aktif sehingga pembelajaran
tidak berpusat kepada guru tetapi berpusat pada siswa (student centered).
Pelaksanaan proses pembelajaran IPS diharapkan menggunakan model pembelajaran
yang berorientasi konstruktivistik, yang salah satunya adalah model
pembelajaran Learning Cycle.
Learning Cycle merupakan model pembelajaran
yang berpusat pada siswa (student centered), berupa rangkaian
tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa
dapat menguasai kompetensi- kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran
dengan jalan berperan aktif (Dasna:2007).
Learning Cycle yang
diterapkan dalam penelitian ini yaitu Learning Cycle yang terdiri dari 5
fase, yaitu fase pendahuluan (Engangement), eksplorasi (Exploration), fase penjelasan (Explaination), fase penerapan konsep (Elaboration)
dan fase evaluasi (Evaluation).
Pembelajaran Learning Cycle sangat
cocok digunakan untuk mengajarkan materi yang banyak melibatkan konsep,
prinsip, aturan serta perhitungan secara matematis. Aktivitas dalam
pembelajaran Learning Cycle lebih banyak ditentukan oleh siswa sehingga
siswa menjadi lebih aktif. Dalam proses pembelajaran Learning Cycle setiap
fase dapat dilalui jika konsep pada fase sebelumnya sudah dipahami. Setiap fase
yang baru dan sebelumnya saling berkaitan sehingga membuat siswa lebih mudah
mengerti dan memahami kompetensi.
Prestasi belajar merupakan kecakapan
nyata (actual adility) yang diperoleh
setelah belajar mengalami suatu kecakapan atau pengetahuan tertentu. Kemampuan
untuk menguasai bahan pelajaran bagi setiap anak berbeda-beda. Hal ini
disebabkan karena setiap siswa memiliki perbedaan dalan kecerdasan, bakat, minat, sikap dan sebagainya. Kegiatan
akhir dari suatu proses pembelajaran adalah mengukur kemampuan siswa. Prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengadakan aktivitas belajar.
Jadi prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa dengan kemampuan yang
maksimal setelah siswa yang bersangkutan mengikuti proses belajar dan
mengerjakan soal – soal yang di berikan yang akan menghasilkan nilai sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik melakukan
penelitian dengan judul : Kajian tentang Prestasi Belajar, Motivasi
Belajar, serta Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran Siklus Belajar dan pada Pembelajaran Berbasis Masalah di SMP Adhyaksa 2 Kupang.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka yang menjadi masalah dalam
penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut.
1. Apakah ada perbedaan yang signifikan
antara prestasi belajar siswa pada pembelajaran siklus belajar dan pada pembelajaran berbasis masalah di SMP Adhyaksa 2 Kupang?
2. Apakah ada perbedaan yang signifikan
antara motivasi belajar siswa pada pembelajaran siklus belajar dan pada pembelajaran berbasis masalah di SMP Adhyaksa 2 Kupang?
3. Apakah ada perbedaan yang signifikan
antara aktivitas belajar siswa pada pembelajaran siklus belajar dan pada pembelajaran berbasis masalah di SMP Adhyaksa 2 Kupang?
4. Apakah ada perbedaan Kriteria Ketuntasan
Minimal yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran siklus belajar dan pembelajaran berbasis masalah di SMP Adhyaksa 2 Kupang?
1.3 Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar siswa pada pembelajaran siklus belajar dan pada pembelajaran berbasis masalah di SMP Adhyaksa 2 Kupang.
2. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara motivasi belajar siswa pada pembelajaran siklus belajar dan pada pembelajaran berbasis masalah di SMP Adhyaksa 2 Kupang.
3. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara aktivitas belajar siswa pada pembelajaran siklus belajar dan pada pembelajaran berbasis masalah di SMP Adhyaksa 2 Kupang?
4. Untuk mengetahui
perbedaan Kriteria Ketuntasan Minimal yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran siklus belajar dan pembelajaran berbasis masalah di SMP Adhyaksa 2 Kupang?
1.4 Manfaat
Penelitian
Hasil penelitian ini
dapat bermanfaat antara lain :
1. Bagi guru bidang studi IPS, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif
untuk memperbaiki pembelajaran yang selama ini disampaikan oleh guru bidang
studi, untuk meningkatkan prestasi belajar
IPS siswa dalam proses belajar mengajar.
2. Bagi siswa, dapat memberikan informasi pada
siswa bahwa untuk mempelajari IPS terdapat banyak cara yang
dapat ditempuh salah satunya adalah pembelajaran Fenomenologis yang dapat membantu siswa untuk lebih
memahami IPS secara konkrit melalui pengamatan langsung
terhadap gejala alam disekitar.
3.
Sebagai sumber informasi bagi peneliti selanjutnya.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1
Belajar Dan Pembelajaran
2.1.1 Pengertian
Belajar
Belajar merupakan komponen yang
sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa proses belajar sesungguhnya tidak
ada proses pendidikan. Dengan belajar, manusia akan mengetahui perubahan yang
terjadi, baik dalam dirinya maupun di- dalam
lingkungan sekitar. Belajar juga adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan
lingkungan.
Dalam proses
belajar biasanya terjadi perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku yang
dimaksud adalah perilaku berbicara, menulis, bergerak, merasa, memecahkan
masalah, serta terampil. Dengan demikian, belajar adalah suatu proses yang
dilakukan secara kontinue sehingga
mengakibatkan perubahan pada tingkah laku atau pribadi seseorang baik itu pada
aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (sikap), maupun aspek psikomotorik
(keterampilan).
Terdapat beberapa pendapat para ahli
mengenai pengertian belajar yaitu menurut Skiner (1958); belajar adalah
suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara
progresif.
Menurut Gagne (1970); belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Belajar
terdiri dari tiga komponen penting yakni kondisi eksternal yaitu stimulus dari
lingkungan dari cara belajar, kondisi internal yang menggambarkan keadaan
internal dan proses kognitif siswa, dan hasil belajar yang menggambarkan
informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat
kognitif. Menurut Bruner (1960); dalam
proses belajar terdapat tiga fase yaitu : informasi, transpormasi dan evaluasi.
Bruner mengemukan empat tema pendidikan, tema pertama mengemukan pentingnya
arti struktur pengetahuan, tema kedua ialah tentang kesiapan (readines) untuk belajar, tema ketiga
menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan, tema keempat ialah tentang
motivasi atau keinginan untuk belajar, dan cara-cara yang tersedia pada para
guru untuk merangsang motivasi itu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks,
untuk mengalami perubahan perilaku belajar yang ditandai dengan ciri-ciri
perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus menerus, belajar
hanya terjadi dari pengalaman yang bersifat individual, belajar merupakan
kegiatan yang bertujuan kearah yang ingin dicapai, belajar menghasilkan
perubahan yang menyeluruh, melibatkan seluruh tingkah laku secara integral,
belajar adalah proses interaksi dan belajar berlangsung dari yang paling sederhana
sampai pada yang kompleks.
2.1.2 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran
merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai
sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa
sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Yang terpenting dalam kegiatan
pembelajaran adalah terjadinya proses belajar (learning process). Sebab sesuatu dikatakan hasil belajar kalau
memenuhi beberapa ciri berikut : (1) belajar sifatnya disadari, dalam hal ini
siswa merasa bahwa dirinya sedang belajar, timbul dalam dirinya
motivasi-motivasi untuk memiliki pengetahuan yang diharapkan sehingga
tahapan-tahapan dalam belajar sampai pengetahuan itu dimiliki secara permanen
(retensi) betul-betul disadari sepenuhnya. (2) hasil belajar diperoleh dengan
adanya proses, dalam hal ini pengetahuan diperoleh tidak secara spontanitas,
instant, namun bertahap (sequensial). Seorang anak bisa membaca tentu tidak
diperoleh hanya dalam waktu sesaat namun berproses cukup lama, kemampuan membaca
diawali dengan kemampuan mengeja, mengenal huruf, kata dan kalimat. Seseorang
yang tiba-tiba memiliki kecakapan seperti lari dengan kecepatan tinggi karena
akibat doping, bukanlah hasil dari kegiatan belajar, namun efek dari obat atau
zat kimia yang dikonsumsinya. (3) Belajar membutuhkan interaksi, khususnya
interaksi yang sifatnya manusiawi. Seorang siswa akan lebih cepat memiliki
pengetahuan karena bantuan dari guru, pelatih ataupun instruktur. Dalam hal ini
terjadi komunikasi dua arah antara siswa dan guru.
Kaitannya
bahwa belajar membutuhkan interaksi, hal ini menunjukan bahwa proses
pembelajaran merupakan proses komunikasi, artinya didalamnya terjadi proses
penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau
sekelompok orang (penerima pesan), Kemp (1975:15) menggambarkan proses
komunikasi sebagai berikut :
Gambar
1. Diagram alur komunikasi menurut Kemp.
Pesan
yang dikirimkan biasanya berupa informasi atau keterangan dari pengirim
(sumber) pesan. Pesan tersebut diubah dalam bentuk sandi-sandi atau
lambang-lambang seperti kata-kata, bunyi-bunyi, gambar dan sebagainya. Melalui
saluran (channel) seperti radio, televisi, OHP, film, pesan diterima oleh si
penerima pesan melalui indera (mata dan telinga) untuk diolah, sehingga
pesan yang disampaikan oleh penyampai pesan dapat diterima dan dipahami oleh si
penerima pesan. Lihatlah gambar di bawah ini :
Gambar 2. Diagram gangguan dan hambatan dalam komunkasi
Berdasarkan
gambar di atas menunjukan bahwa komunikasi merupakan sebuah sistem yang
didalamnya terdapat beberapa komponen yang terlibat, diantaranya komunikator,
komunikan, channel, message, feed back dan noise /barier. Pesan yang
disampaikan oleh komunikator diteruskan oleh saluran atau channel sampai ke
komunikan sebagai penerima pesa. Dipahami atau tidaknya sebuah pesan oleh
komunikan tergantung dari feed back yang diberikan oleh komunikan. Feedback
positif menunjukan bahwa pesan dipahami dengan baik, sebaliknya feedback
negatif menunjukan pesan mungkin saja tidak dipahami dengan benar. Untuk
membantu penyampaian pesan ini diperlukan saluran berupa media pembelajaran.
Faktor yang dapat menyebabkan pesan tidak dipahami dengan baik karena adanya
noise dan barier atau hambatan dan gangguan, noise ini dapat dialami oleh
komunikator, bisa terjadi pada komunikan , pada pesan juga pada channel.
Misalnya siswa tidak mengerti apa yang dijelaskan guru karena kondisi perut
sedang sakit, berarti gangguan ada pada komunikan, siswa tidak menerima materi
dengan jelas karena saat itu sedang ada pembangunan sehingga suasana berisik
mengganggu pendengaran, hal ini salurannya yang terganggu. Guru tidak antusias,
tidak bergairah dalam mengajar sehingga siswa kurang mengerti apa yang diterangkan
gurunya karena guru tersebut sedang ada masalah keluarga, hal ini
gangguan pada komunikator.
Selain
faktor-faktor tersebut, terdapat juga beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
efektivitas sebuah komunikasi, baik faktor yang terjadi pada pengirim maupun
pada penerima pesan. Ishak (1995:3) menjelaskan diantaranya :
- Kemampuan berkomunikasi penyampai pesan seperti kemampuan bertutur dan berbahasa dan kemampuan menulis. Sedangkan faktor dari penerima pesan diantaranya kemampuan untuk menerima dan menangkap pesan seperti mendengar, melihat, dan menginterpretasikan pesan.
- Sikap dan pandangan penyampai pesan kepada penerima pesan dan sebaliknya. Misalnya , rasa benci, pandangan negatif, prasangka, merendahkan satu diantara kedua belah pihak, sehingga akan menimbulkan kurangnya respon terhadap isi pesan yang disampaikan.
- Tingkat pengetahuan baik penerima maupun penyampai pesan. Sumber pesan yang kurang memahami informasi yang ingin dicapai akan mempengaruhi gaya dan sikap dalam proses penyampai pesan. Sebaliknya, penerima pesan yang kurang mempunyai pengetahuan dan pengalaman terhadap informasi yang disampaikan tidak akan mampu mencerna informasi dengan baik.
- Latar belakang sosial budaya dan ekonomi penyampai pesan serta penerima pesan. Ketanggapan penerima pesan dalam merespon informasi tergantung dari siapa dan oleh siapa pesan itu disampaikan.
Berdasarkan
uraian di atas, jelas tergambar bahwa media merupakan bagian dari proses
komunikasi. Baik buruknya sebuah komunikasi ditunjang oleh penggunaan saluran
dalam komunikasi tersebut. Saluran / channel yang dimaksud di atas adalah
media. Karena pada dasarnya pembelajaran merupakan proses komunikasi, maka
media yang dimasuk adalah media pembelajaran.
Gambar 3. Digram
proses pembelajaran
Bagan di atas menunjukkan
bahwa dalam proses pembelajaran itu terdapat pesan-pesan yang harus
dikomunikasikan. Pesan tersebut biasanya merupakan isi dari suatu topik
pembelajaran. Pesan-pesan tersebut disampaikan oleh guru kepada siswa melalui
suatu media dengan menggunakan prosedur pembelajaran tertentu yang disebut
metode.
Dalam
sistem pembelajaran modern saat ini, siswa tidak hanya berperan sebagai
komunikan atau penerima pesan, bisa saja siswa bertindak sebagai komunikator
atau penyampai pesan. Dalam kondisi seperti itu, maka terjadi apa yang disebut
dengan komunikasi dua arah (two way
traffic communication) bahkan komunikasi banyak arah (multi way traffic communication). Dalam bentuk komunikasi
pembelajaran manapun sangat dibutuhkan peran media untuk lebih meningkatkan
tingkat keefektifan pencapaian tujuan/kompetensi. Artinya, proses pembelajaran
tersebut akan terjadi apabila ada komunikasi antara penerima pesan dengan
sumber/penyalur pesan lewat media tersebut. Menurut Berlo (1960), komunikasi
tersebut akan efektif jika ditandai dengan adanya “area of experience” atau daerah pengalaman yang sama antara
penyalur pesan dengan penerima pesan
2.2 Model
Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle)
Pergeseran paradigma pendidikan dari behavioristik menuju
konstruktivistik melahirkan model, metode, pendekatan dan strategi-strategi
baru dalam sistem pembelajaran khususnya dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial. Salah satu model pembelajaran yang berbasis pendekatan
konstruktivistik adalah siklus belajar (Learning Cycle).
Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada
siswa (student centered). Learning Cycle merupakan rangkaian
tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa
dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran
dengan jalan berperan aktif. Model pembelajaran Learning Cycle dikembangkan
dari teori perkembangan kognitif Piaget.
Model belajar ini menyarankan agar proses pembelajaran dapat melibatkan
siswa dalam kegiatan belajar yang aktif sehingga proses asimilasi, akomodasi
dan organisasi dalam struktur kognitif siswa. Bila terjadi proses konstruksi
pengetahuan dengan baik maka siswa akan dapat meningkatkan pemahamannya
terhadap materi yang dipelajari. Implementasi Learning Cycle dalam
pembelajaran menempatkan guru sebagai fasilitator yang mengelola berlangsungnya
fase-fase tersebut mulai dari perencanaan (terutama perangkat pembelajaran),
pelaksanaan (terutama pemberian pertanyaan-pertanyaan arahan dan proses
pembimbingan), dan evaluasi (Fajaroh dan Dasna, 2007).
Siklus belajar pada mulanya terdiri
dari fase eksplorasi (exploration),
fase pengenalan konsep (concept
introduction), dan fase aplikasi konsep (concept
application). Siklus belajar 3 fase
ini telah dikembangkan dan disempurnakan menjadi 5 fase. Siklus belajar yang telah dikembangkan ini terdiri
dari 5 fase yaitu:
1. Fase Pendahuluan (Engagement)
Kegiatan pada fase ini bertujuan
untuk mendapatkan perhatian siswa, mendorong kemampuan berpikirnya, dan
membantu mereka mengakses pengetahuan awal yang telah dimilikinya. Hal penting
yang perlu dicapai oleh pengajar pada fase ini adalah timbulnya rasa ingin tahu
siswa tentang tema atau topik yang akan dipelajari. Keadaan tersebut dapat
dicapai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa tentang fakta atau
fenomena yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. Jawaban siswa digunakan
untuk mengetahui hal-hal apa saja yang telah diketahui oleh siswa.
Pada fase ini pula siswa
diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan
dibuktikan dalam fase eksplorasi (Dasna, 2006:79). Fase ini dapat pula digunakan
untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa.
2.
Fase Eksplorasi (Exploration)
Pada fase eksplorasi siswa diberi
kesempatan untuk bekerja baik secara mandiri maupun secara berkelompok tanpa
instruksi atau pengarahan secara langsung dari guru. Siswa bekerja memanipulasi
suatu obyek, melakukan percobaan (secara ilmiah), melakukan pengamatan,
mengumpulkan data, sampai pada membuat kesimpulan dari percobaan yang
dilakukan. Dalam kegiatan ini guru sebaiknya berperan sebagai fasilitator
membantu siswa agar bekerja pada lingkup permasalahan (hipotesis yang dibuat
sebelumnya).
Sesuai dengan teori Piaget, pada
kegiatan eksplorasi siswa diharapkan mengalami ketidak setimbangan kognitif (disequilibrium).
Siswa diharapkan bertanya kepada dirinya sendiri: “Mengapa demikian” atau
“Bagaimana akibatnya bila..” dan seterusnya. Dengan kegiatan eksplorasi ini,
siswa diberi kesempatan untuk menguji dugaan dan hipotesis yang telah mereka
tetapkan. Mereka dapat mencoba beberapa alternatif pemecahan, mendiskusikannya
dengan teman sekelompoknya, mencatat hasil pengamatan dan mengemukakan ide dan
mengambil keputusan memecahannya (Dasna, 2006:81).
Kegiatan pada fase ini sampai pada
tahap presentasi atau komunikasi hasil yang diperoleh dari percobaan atau
menelaah bacaan. Dari komunikasi tersebut diharapkan diketahui seberapa tingkat
pemahaman siswa terhadap masalah yang dipecahkan (Dasna, 2007:82).
3. Fase Penjelasan (Explanation)
Kegiatan belajar pada fase
penjelasan ini bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan, dan mengembangkan konsep
yang diperoleh siswa. Guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep yang
dipahaminya dengan kata-katanya sendiri, menunjukkan contoh-contoh yang
berhubungan dengan konsep untuk melengkapi penjelasannya. Pada kegiatan ini
sangat penting adanya diskusi antar anggota kelompok untuk mengkritisi
penjelasan konsep dari siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Pada kegiatan
yang berhubungan dengan percobaan, guru dapat memperdalam hubungan antar
variabel atau kesimpulan yang diperoleh siswa. Hal ini diperlukan agar siswa
dapat meningkatkan pemahaman konsep yang baru diperolehnya.
4. Fase Penerapan Konsep (Elaboration)
Kegiatan belajar pada fase ini
mengarahkan siswa menerapkan konsep-konsep yang telah dipahami dan keterampilan
yang dimiliki pada situasi baru. Guru dapat mengarahkan siswa untuk memperoleh
penjelasan alternatif dengan menggunakan data atau fakta yang mereka eksplorasi
dalam situasi yang baru. Guru dapat memulai dengan mengajukan masalah baru yang
memerlukan pengujian lewat ekplorasi dengan melakukan percobaan, pengamatan,
pengumpulan data, analisis data sampai membuat kesimpulan.
5. Fase Evaluasi (Evaluation)
Kegiatan belajar pada fase evaluasi,
guru ingin mengamati perubahan pada siswa sebagai akibat dari proses belajar
pada fase ini guru dapat mengajukan pertanyaan terbuka yang dapat dijawab
dengan menggunakan lembar observasi, fakta atau data dari penjelasan dari
sebelumnya yang dapat diterima. Kegiatan pada fase evaluasi berhubungan dengan
penilaian kelas yang dilakukan guru meliputi penilaian proses dan evaluasi
penguasaan konsep yang diperoleh siswa.
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran siklus belajar, mengingat merupakan ilmu yang mempelajari
peristiwa-peristiwa. Siswa diharapkan dapat membangun sendiri pengetahuan kognitif melalui indera
untuk melihat gejala-gejala yang ada di sekitarnya dan kedudukan guru sebagai
fasilitator yang mengelola berlangsungnya fase-fase tersebut mulai dari
perencanaan (terutama perangkat pembelajaran), pelaksanaan (terutama pemberian
pertanyaan-pertanyaan arahan dan proses pembimbingan) dan evaluasi berfungsi
membantu siswa menemukan konsep pengetahuannya. Hal ini sesuai dengan
karakteristik dari model pembelajaran Learning Cycle yang pada dasarnya
sesuai dengan pendekatan konstruktivistik. Oleh karena itu model pembelajaran Learning
Cycle dirasakan sesuai jika diterapkan pada pembelajaran IPS.
Fajaroh dan Dasna (2007), menyatakan
penerapan Learning Cycle dilihat dari segi guru memberi keuntungan karena
memperluas wawasan dan meningkatkan kreatifitas guru dalam merancang
pembelajaran. Sedangkan ditinjau dari dimensi siswa, penerapan strategi ini
memberi keuntungan diantaranya:
1. Meningkatkan motivasi
belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran;
2. Membantu mengembangkan sikap
ilmiah siswa; dan
3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Adapun kelemahan penerapan strategi
ini yang harus selalu diantisipasi yaitu sebagai berikut (Soebagio,2000):
1. Efektifitas pembelajaran
rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran.
2. Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru
dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.
3. Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.
4. Memerlukan waktu dan
tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.
2.3
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Problem Based Learning atau
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah pembelajaran yang bercirikan pada
pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin,
penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya serta peragaan.
Menurut Ibrahim (2003: 15), didalam kelas Problem Based
Learning, peran guru berbeda dengan kelas tradisional. Peran guru didalam kelas
Problem Based Learning antara lain:
i. Mengajukan masalah atau
mengorientasi siswa pada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan nyata
sehari- hari;
ii. Memfasilitasi/ membimbing
penyelidikan misalnya melakukan pengamatan atau melakukan eksperimen/
percobaan;
iii.
Memfasilitasi dialog siswa; dan
iv Mendukung belajar siswa.
Sintaks pengajaran menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) seperti
pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Sintaks pengajaran
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah
Tahap
|
Tingkah Laku Guru
|
1
|
2
|
Tahap- 1
Orientasi siswa pada
masalah
|
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau
demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk
terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
|
Tahap- 2
Mengorganisasi siswa untuk
belajar
|
Guru membantu siswa untuk
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yag behubungan dengan
masalah tersebut.
|
Tahap- 3
Membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok
|
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah.
|
Tahap- 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya
|
Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan
model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
|
Tahap- 5
Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
|
Guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-
proses yang mereka gunakan.
|
Kelebihan
model pembelajaran berbasis masalah:
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya
benar-benar diserap dengan baik;
2.
Siswa dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain; dan
3.
Siswa dapat memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber.
Kelemahan model pembelajaran berbasis masalah:
1. Untuk siswa yang malas, tujuan
dari metode tersebut tidak dapat tercapai;
2. Membutuhkan banyak waktu dan
dana; dan
3. Tidak semua mata pelajaran dapat
diterapkan dengan model ini.
2.4
Prestasi Belajar
Menurut Djamarah (1990:27)
prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam
belajar serta penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dengan segala hal
yang dipelajari disekolah yang
menyangkut pengalaman atau kecakapan dan ketrampilan yang dinyatakan sesudah
hasil penilaian.
Prestasi belajar juga merupakan
hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar disekolah,yang bersifat
kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Belajar
penguasan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mutu pengajaran,
hasinya ditunjukan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru (Badudu, 1990)
Tirtonegoro (1993;34) mengatakan
bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan
dalam bentuk symbol, anggka , huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan
hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu dan merupakan
hasil dari pengukuran serta penilaian
hasil belajar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar adalah suatu kemampuan optimal yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran yang diukur dengan evaluasi dan dinyatakan dalam bentuk angka.
2.5. Motivasi Belajar
Ada beberapa pendapat bahwa
tingkah laku manusia didorong oleh motif - motif tertentu. Perbuatan belajar akan berhasil bila berdasarkan motivasi
pada diri peserta didik. Peserta didik mungkin dapat dipaksa untuk melakukan
suatu perbuatan tetapi dia tidak mungkin dipaksa untuk menghayati perbuatan itu
sebagaimana mestinya.
Pendidik dapat memaksakan
bahan pelajaran kepada peserta didik, tetapi tidak mungkin memaksakan untuk belajar
dalam arti sebenarnya. Ini berarti tugas pendidik yang paling berat adalah
berupaya agar peserta didik mau belajar dan memiliki
keinginan belajar terus menerus.
Motivasi
adalah dorongan yang
menyebabkan terjadi suatu
perbuatan atau tindakan
tertentu. Perbuatan belajar
terjadi karena adanya
motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan
perbuatan belajar. Dorongan itu dapat
timbul dari dalam
diri seseorang yang
belajar atau yang bersumber dari kebutuhan
tertentu yang ingin mendapat
pemuasan, atau dorongan yang timbul
karena rangsangan dari luar
sehingga seseorang melakukan
perbuatan.
Motivasi yang timbul karena kebutuhan dari dalam diri peserta didik dianggap lebih baik dibandingkan
dengan motivasi yang disebabkan oleh rangsangan dari luar. Namun pada
praktiknya sering motivasi dari dalam itu tidak ada atau belum timbul. Keadaan
ini memerlukan rangsangan dari luar sehingga timbul motivasi belajar.
Menurut Mc
Donald (1959), motivasi adalah
suatu perubahan energi
dalam diri (pribadi)
yang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan
reaksi untuk mencapai tujuan.
Dalam rumusan
tersebut ada 3 unsur yang saling berkaitan yaitu sebagai berikut :
a)
Motivasi dimulai dari adanya
perubahan energi dalam pribadi.
Perubahan tersebut terjadi karena perubahan tertentu
pada system neurofisiologis dalam organisme manusia, misalnya karena terjadinya
perubahan dalam system pencernaan maka timbul motif lapar.
b)
Motivasi ditandai oleh
timbulnya perasaan.
Mula-mula berupa ketegangan psikologis, lalu berupa
suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan tingkah laku yang bermotif.
Perubahan ini dapat diamati pada perbuatannya .
Contoh : Seseorang terlibat dalam suatu diskusi, dia
tertarik pada masalah yang sedang dibicarakan, karenanya dia bersuara atau
mengemukakan pendapatnya dengan kata-kata yang lancar dan cepat.
c)
Motivasi ditandai oleh
reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.
Pribadi yang bermotivasi memberikan respon-respon kearah
tujuan tertentu.
Respon-respon tersebut berfungsi mengurangi ketegangan
yang disebabkan perubahan energi dalam dirinya. Tiap respons merupakan suatu
langkah kearah mencapai tujuan.
Motivasi memiliki
dua komponen yaitu :
a)
Komponen dalam (inner component) adalah perubahan dalam
diri seseorang, keadaan merasa tidak
puas, ketegangan psikologis. Komponen
dalam adalah merupakan kebutuhan–kebutuhan yang ingin
dipuaskan
b)
Komponen luar (outer component) yaitu keinginan dan
tujuan yang mengarahkan perbuatan seseorang kearah tujuan yang hendak dicapai.
Antara kebutuhan, motivasi, perbuatan/tingkah laku,
tujuan dan kepuasan terdapat hubungan yang erat. Setiap perbuatan disebabkan
oleh motivasi.Adanya motivasi karena seseorang merasakan adanya kebutuhan dan untuk
mencapai tujuan tertentu pula. Apabila tujuan tercapai maka ia merasa puas. Tingkah laku
yang memberikan kepuasan terhadap suatu kebutuhan cenderung untuk diulang kembali, sehingga menjadi lebih kuat dan
mantap.
Motivasi merupakan hal yang sangat penting dalam
pembelajaran dilihat dari segi fungsi, nilai atau manfaatnya. Motivasi ternyata
mendorong timbulnya tingkah laku dan mempengaruhi serta mengubah tingkah laku.
Fungsi Motivasi
adalah :
1. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan . Tanpa
motivasi tidak akan timbul perbuatan, misalnya belajar
2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan
3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah
laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat
atau lambatnya suatu pekerjaan. Seorang Pendidik bertanggung jawab melaksanakan
system pembelajaran agar berhasil dengan
baik dan keberhasilan ini tergantung
pada upaya pendidik membangkitkan motivasi belajar peserta
didiknya.
Pada garis
besarnya Motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut :
1)
Motivasi menentukan tingkat
berhasil atau gagalnya kegiatan belajar peserta didik.Belajar tanpa motivasi
sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal.
2)
Pembelajaran yang bermotivasi
adalah yang sesuai dengan kebutuhan, dorongan, motiv, minat yang ada pada diri
peserta didik. Pembelajaran tersebut sesuai dengan tuntutan demokrasi
dalam pendidikan.
3)
Pembelajaran yang bermotivasi
menuntut kreatifitas dan inovatif seorang
pendidik untuk berupaya secara sungguh-sunguh mencari cara-cara
yang relevan dan serasi untuk membangkitkan
dan memelihara motivasi belajar peserta didik agar memiliki motivasi sendiri (self motivation) yang baik.
4)
Berhasil atau gagalnya dalam
membangkitkan dan mendaya-gunakan motivasi dalam proses pembelajaran berkaitan
dengan upaya pembinaan disiplin kelas.
5)
Penggunaan azas Motivasi
merupakan sesuatu yang esensial dalam
proses belajar dan pembelajaran. Motivasi merupakan bagian integral dari pada prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran dan
menjadi salah satu faktor yang turut menentukan pembelajaran yang efektif.
2.6. Kerangka
Pemikiran
Pembelajaran Siklus Belajar Pembelajaran Berbasis Masalah
Keterangan :
: Perbedaan
2.7. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini
adalah :
- Ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar siswa pada pembelajaran siklus belajar dan pembelajaran berbasis masalah di SMP Adhyaksa 2 Kupang.
- Ada perbedaan yang signifikan antara motivasi belajar siswa pada pembelajaran siklus belajar dan pembelajaran berbasis masalah di SMP Adhyaksa 2 Kupang.
- Ada perbedaan yang signifikan antara aktivitas belajar siswa pada pembelajaran siklus belajar dan pembelajaran berbasis masalah di SMP Adhyaksa 2 Kupang.
BAB
III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini
adalah penelitian eksperimental. Penelitian ini dilaksanakan pada pelajaran IPS
di Kelas VIII Tahun Ajaran 2011/2012 SMP Adhyaksa 2 Kupang.
3.2
Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi penelitian
Yang menjadi populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas VIII pada SMP Adhyaksa 2 Kupang pada tahun ajaran 2011/2012.
b. Sampel penelitian
Sampel penelitian ini adalah siswa
kelas VIII sebanyak dua kelas.
3.3 Variabel
Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada 3 (tiga) yaitu :
a.
Prestasi Belajar
b.
Motivasi Belajar
c.
Aktivitas Belajar
3.4.Prosedur Penelitian
Ada beberapa tahap yang
dilakukan dalam penelitian ini yakni :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan penulis
membuat instrumen penelitian.
Adapun pengembangan instrumen penelitian
sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Uji Validitas
soal yaitu kesesuaian antara soal dengan materi yang telah diajarkan. Untuk
menjamin validitas soal, soal-soal disusun berdasarkan kisi-kisi soal.
Persamaan yang digunakan (Arikunto,
2001:78) adalah:
........ (3.1)
Keterangan:
rxy
|
=
|
Angka koefisien korelasi
yang menyatakan validitas soal
|
x
|
=
|
Jumlah skor nomor ganjil
|
y
|
=
|
Jumlah skor nomor genap
|
n
|
=
|
Jumlah sampel
|
Dalam pengujian ini butir soal
dikatakan valid apabila rxy > r tabel diperoleh dari nilai
koefisien korelasi ”r” product
momen dengan derajat kebebasa n (dk) = n - 2 dan dengan taraf
nyata (α) = 0,05.
2. Uji Reliabilitas soal
Uji reliabilitas
soal diperlukan untuk mengukur tingkat kepercayaan soal. Uji reabilitas soal
bentuk pilihan ganda dapat diakukan dengan menggunakan persamaan KR-20
(Arikunto, 2002:172)
................................................... (3.2
...................................................... (3.3)
Keterangan:
r11
|
=
|
Reabilitas secara
keseluruhan
|
P
|
=
|
Proporsi siswa yang
menjawab item dengan benar
|
Q
|
=
|
Proporsi siswa yang
menjawab item dengan salah
(q =1- p)
|
∑pq
|
=
|
jumlah hasil
perkalian antara p dan q
|
N
|
=
|
Jumlah item soal
|
s2
|
=
|
Varians
|
N
|
=
|
Jumlah siswa pengikut tes
|
3. Analisis item soal
Analisis item diperlukan untuk
memilih butir soal yang baik, yang digunakan untuk tes.
Yang dihitung
dengan analisi item soal adalah taraf kesukaran (TK), dan daya pembeda (DP).
Persamaan yang digunakan
untuk menghitung taraf jesukaran (TK) (Purwanto, 1994:119) adalah:
1) Taraf Kesukaran Butir Soal
Persamaan yang digunakan untuk
menghitung taraf kesukaran (TK) berdasarkan persamaan (Purwanto 1994 : 119)
.................................................................... . (3.4)
Keterangan :
TK
|
=
|
Taraf kesukaran yang dicari
|
U
|
=
|
Jumlah siswa dari kelompok upper group yang
menjawab benar
|
L
|
=
|
Jumlah siswa dari kelompok lower groep yang
menjawab benar
|
T
|
=
|
Jumlah siswa kelompok upper group dan lower
group
|
Kriteria pengujian:
0
|
-
|
0,20
|
= sukar sekali
|
0,21
|
-
|
0,40
|
= sukar
|
0,41
|
-
|
0,70
|
= sedang
|
0,71
|
-
|
1
|
= mudah
|
2) Daya Pembeda
Untuk menghitung
daya pembeda (DP), persamaan yang digunakan adalah:
............................................(3.5)
Keterangan :
DP
|
=
|
Daya pembeda yang dicari
|
U
|
=
|
Jumlah siswa dari kelompok upper group yang
menjawab benar
|
L
|
=
|
Jumlah siswa dari kelompok lower groep yang
menjawab benar
|
T
|
=
|
Jumlah siswa kelompok upper group dan lower
group
|
Kriteria pengujian:
0
|
-
|
0,20
|
= kurang
|
0,21
|
-
|
0,40
|
= cukup
|
0,41
|
-
|
0,70
|
= baik
|
0,71
|
-
|
1
|
= baik sekali
|
Jadi kriteria
penerimaan untuk tiap soal adalah 0,25 ≤ TK ≤ 0,73 dan DP
> 0 (Purwanto, 2004 : 124)
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Dalam
tahap pelaksanaan penelitian ini peneliti memilih dua kelas sebagai kelas
eksperimen dan kelas kontrol dengan cara memberikan tes awal. Selanjutnya siswa
kelas eksperimen akan diberikan pelajaran IPS dengan
pendekatan fenomenologis menggunakan model Siklus Belajar sedangkan pada kelas
kontrol diberikan pelajaran IPS pokok bahasan yang sama pada model Pembelajaran Berbasis Masalah.
3.5
Analisa Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik analisa statistik, yaitu :
1. Uji Homogenitas
Untuk mengetahui
apakan populasi homogen atau tidak digunakan uji Barlet (Sudjana, 1996:262).
Tujuan mempermudah satuan-satuan yang diperlukan dalam uji Barlet disusun dalam
tebel sebagai berikut:
Tabel 3.2.
Daftar harga-harga yang diperlukan untuk uji Barlet
Sampel
|
DK
|
1/DK
|
Si2
|
Log
Si2
|
DK
log Si2
|
1
2
-
-
-
-
k
|
n1-1
n2-1
nk-1
|
1/(n1-1)
1/(n2-1)
1/(nk-1)
|
S12
S22
Sk2
|
Log S12
Log S22
Log Sk2
|
(n1-1) Log S12
(n2-1) Log S22
(nk-1) Log Sk2
|
Jumlah
|
Σni-1
|
-
|
-
|
2. Uji homogenitas digunakan uji
hipotesis sebagai berikut:
1. Batasannya
Ho : σ12
= σ22 = .........= σk2......................................................................................... (3.10)
H1 : paling sedikit satu tanda
sama dengan tidak berlaku.
2. Taraf nyata sebesar α =
0,05
3. Statistik yang digunakan
adalah:
............................................. (3.11)
4. Penarikan kesimpulan
Jika χ2≥
χ2 (1-α)(k-1) dimana χ2 (1-α)(k-1) diperoleh
dari daftar distribusi t dengan dk = ( k – 1 ) dan peluang 1- α untuk harga-harga t lainnya Ho
diterima.
3. Uji normalitas
Uji normalitas
dilakukan untuk membuktikan bahwa populasi dalam penelitian ini mengikuti model
distribusi normal. Uji normalitas ini dilakukan terhadap data nilai tes
kemampuan awal siswa.
Persamaan yang
digunakan adalah:
…………………………….(3.8)
Dimana :
Oi
|
=
|
Frekuensi nyata atau hasil
pengamatan
|
Ei
|
=
|
Frekuensi nyata yang diharapkan
|
k
|
=
|
Banyaknya kelas interval
|
χ2
|
=
|
Chi- kuadarat
|
Ei diperoleh dari hasil kali antara banyaknya
data (n) dengan peluang atau luas dibawah kurva normal yang bersangkutan.
Untuk mencari peluang (luas), digunakan persamaan:
…....……………………..(3.13)
Keterangan :
Xi
|
=
|
Batas bawah kelas interval ke- i
(i = 1,2,....)
|
X
|
=
|
Rata-rata sampel
|
S
|
=
|
Simpangan baku
|
Kriteria
pengujian adalah tolak Ho jika . diperoleh
dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan peluang (1-α) dan dk = (k-3)
4. Uji Hipotesis
Penelitian
Uji Hipotesis Pertama (Uji Dua
Pihak)
Hipotesis diuji dengan menggunakan Uji Z.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
a.
Deskripsi Data
Dari hasil penelitian dan analisis data diperoleh nilai tes awal kelas eksperimen memiliki rentang 23 – 58
dengan rata-rata dan simpangan baku S1 = 10,97.
untuk kelas kontrol memiliki rentang 23-58 dengan rata-rata dan simpangan
baku S2 = 10,62 sedangkan nilai tes prestasi belajar kelas eksperimen
memiliki rentang 63-93 dengan rata-rata dan simpangan baku S1 = 64,81 dan simpangan
baku S2 = 10,58.
b. Uji Kesamaan Kemampuan
Awal
Dari hasil analisis uji kemampuan awal sampel
diperoleh t hitung = 0,113 < t tabel = 1,999. Hal ini berarti terdapat kesamaan kemampuan awal antara
siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran siklus belajar dengan siswa
yang diajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah
c.
Uji Prasyarat Analisis
Setelah diberi perlakuan maka kemampuan kedua kelas sampel diukur
dengan memberi tes prestasi belajar, kemudian data skor prestasi belajar di uji lagi untuk
mengetahui apakah data tersebut memenuhi prasyarat analisis data tersebut
memenuhi prasyarat analisis atau tidak. Uji prasyarat analisis data yang
dimaksud adalah uji analisis dan uji homogenitas.
Dari hasil uji
normalitas diperoleh X2 hitung = 6,386 < X2 tabel = 73,815. hal ini berarti nilai tes akhir eksperimen berdistribusi
normal. Sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh X2 hitung = 6,829 < X2 tabel = 7,815. hal ini berarti nilai tes akhir dari kelas kontrol
berdistribusi normal. Untuk uji homogenitas X2 hitung
= 1,33 < X2 tabel = 3,841. hal ini berarti
bahwa populasi dalam penelitian ini mempunyai variansi yang homogen.
d. Uji Hipotesis
Hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan uji-t dan analisa
tes hasil belajar. Dalam hal ini uji yang dilakukan adalah uji kesamaan (uji
dua pihak) dan uji kesamaan dua rata-rata (uji pihak kanan)
1. Uji dua Pihak
Dari
hasil perhitungan menggunakan pola interpolasi dengan menggunakan µ = 0,05 dan t (1 - µ/2) diperoleh t Tabel = 1,999
dan t hitung = 6,028. Karena t hitng > t tabel maka H0 ditolak
dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan antara
prestasi belajar IPS siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran siklus
belajar dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah
2. Uji pihak kanan
Dari hasil
perhitungan menggunakan pola interpolasi dengan µ = 0,05 dan t (1 - µ) diperoleh
t tabel = 1, 670 < t hitung = 6,028. karena t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini
berarti bahwa prestasi belajar IPS siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran siklus belajar lebih tinggi dari pada siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.
3. Ketuntasan Belajar
Dari hasil analis tes hasil belajar dengan P ≥ 0.70 sesuai acuan sekolah,
diperoleh presentasi ketuntasan belajar untuk kelas eksperimen = 69 % (24 orang
siswa) sedangkan presentasi ketuntasa belajar untuk kelas kontrol = 16 % (5
orang siswa). Hal ini berarti bahwa presentasi ketuntasan kelas eksperimen
lebih tinggi dari presentasi ketuntasan kelas kontrol.
Penerapan model
pembelajaran siklus belajar dapat meningkatkan prestasi belajar IPS sehingga
model pembelajaran siklus belajar lebih efektif untuk digunakan dalam proses
pembelajaran IPS
4.2. Pembahasan
Pada penelitian ini
diperoleh bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle dapat meningkatkan hasil
belajar dan meningkatkan aktivitas belajar dalam proses belajar mengajar di kelas. Kenyataan ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa
ada peningkatan hasil belajar pada tes akhir, begitu juga motivasi dan aktivitas siswa dalam menjawab setiap pertanyaan pada fase eksplorasi.
Pada kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model Learning
Cycle siswa melakukan 5 fase pembelajaran. Pada fase Engagement (pendahuluan) siswa mulai mengakses pengetahuan yang
dimiliki melalui pertanyaan yang diberikan oleh guru. Pada fase ini juga, siswa
membuat prediksi atau hipotesis tentang fenomena yang akan dipelajari. Setelah
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, siswa lalu membuktikan hipotesis
yang telah diajukan melalui percobaan pada fase Exploration (eksplorasi). Setelah itu, siswa mendiskusikan serta
mulai mengembangkan dan menyempurnakan konsep pada fase Explanation (penjelasan). Pada fase Elaboration (penerapan konsep), siswa mulai menerapkan konsep yang
telah dipahami dan ketrampilan yang dimiliki pada situasi baru. Diakhir
pembelajaran, siswa melakukan fase Evaluation
(evaluasi) untuk mengamati perubahan pada siswa sebagai akibat dari proses
belajar.
Dalam pembelajaran Learning Cycle siswa dilatih untuk lebih
aktif dengan memanfaatkan panca indranya semaksimal mungkin, mengembangkan
keterampilan yang telah mereka memiliki baik dalam kegiatan praktikum, diskusi,
mengamati dan lain-lain.
Dari hasil penilaian motivasi siswa terhadap proses pembelajaran dengan model learning cycle di kelas
eksperimen diperoleh data bahwa siswa yang sangat kurang motivasi sebesar 16%,cukup motivasi 22%., selanjutnya kelompok baik motivasi sebesar 28% dan sangat baik motivasi
34%. Dari hasil pengukuran
tersebut dapat diperoleh suatu gambaran bahwa model ini cukup memberikan
pengaruh yang baik terhadap motivasi siswa dalam proses pembelajaran di kelas.
Tabel 4.1. Data motivasi siswa terhadap
proses pembelajaran
Kelas Eksperimen
|
Jumlah
siswa
|
Prosentase(%)
|
sangat
kurang
|
6
|
19
|
Cukup
|
8
|
25
|
Baik
|
9
|
28
|
sangat baik
|
12
|
37,5
|
Jumlah total
|
35
|
100
%
|
Kelas Kontrol
|
Jumlah
siswa
|
Prosentase(%)
|
sangat
kurang
|
3
|
9,4
|
Cukup
|
10
|
31,2
|
Baik
|
11
|
34,4
|
sangat baik
|
8
|
25
|
Jumlah Total
|
32
|
100
%
|
Tabel 4.2. Data aktivitas siswa
Aktivitas
|
Dalam Prosentase
|
||
Kelas Eksperimen
|
Cukup
|
Baik
|
Sangat Baik
|
perhatian terhadap
materi
|
20
|
45
|
35
|
mengerjakan tugas dan
lembar diskusi
|
25
|
35
|
40
|
kerjasama dengan teman
|
30
|
35
|
35
|
presentasi jawaban
|
30
|
45
|
25
|
respon terhadap tugas
dan jawaban teman
|
35
|
50
|
15
|
Kelas Kontrol
|
Cukup
|
Baik
|
Sangat Baik
|
perhatian terhadap
materi
|
38
|
37
|
25
|
mengerjakan tugas dan
lembar diskusi
|
38
|
37
|
25
|
kerjasama dengan teman
|
36
|
35
|
29
|
presentasi jawaban
|
30
|
45
|
25
|
respon terhadap tugas
dan jawaban teman
|
47
|
38
|
15
|
Di sisi lain kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) kelas eksperimen menunjukkan lebih tinggi dari kelas
kontrol, yakni untuk kelas eksperimen memilki nilai
rerata hasil tes prestasi belajar pada rentang 75 sementara KKM
untuk SMP Adhyaksa 2 Kupang sebesar 65. Dari hasil ini dapat di ketahui
bahwa Learning Cycle merupakan
strategi pembelajaran yang dapat
dilakukan secara luwes dan memenuhi kebutuhan nyata guru dan siswa. Dilihat
dari dimensi guru penerapan strategi ini memperluas wawasan dan meningkatkan
kreativitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran. Sedangkan ditinjau dari
dimensi siswa, penerapan strategi ini dapat meningkatkan motivasi belajar
karena pembelajar dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran serta
membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa.
Pada kegiatan
pembelajaran dengan model berbasis masalah dimana guru memberikan masalah yang
berhubungan dengan peristiwa atau gejala yang terjadi sehari- hari berkaitan
dengan materi yang akan diajarkan, kemudian siswa dibimbing oleh guru untuk mengerjakan
tugas dalam kelompok dan individu, setelah siswa mengerjakan tugas, guru
membimbing siswa dalam berdiskusi dan menyampaikan hasil pekerjaan mereka
didepan kelas dan pada akhir pelajaran guru dan siswa melakukan evaluasi
terkait dengan tugas-tugas mereka, dan guru juga memberikan soal evaluasi.
Adapun kelemahan dari pendekatan fenomenologis
menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah yaitu memerlukan waktu yang
banyak dalam menyelesaikan tugas karena siswa lebih cenderung bertanya kepada
guru dari pada melakukan dan menemukan sendiri pemecahan masalah tersebut
melalui kegiatan kerja kelompok atau individu, selain itu, dalam menentukan hipotesis dan membuat kesimpulan, guru harus
membantu siswa. Sedangkan pada kegiatan pembelajaran di
kelas eksperimen siswa menemukan sendiri konsep yang dipelajari dalam kegiatan
diskusi dan kesulitan yang ditemui yaitu guru harus mampu mengelola kelas
dengan baik karena fase-fase dalam pendekatan fenomenologis menggunakan model Siklus
Belajar ini semuanya dilakukan oleh siswa dan guru berperan sebagai
fasilitator. Pada kelas eksperimen motivasi siswa lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas kontrol, karena pada fase kedua yaitu fase eksplorasi pada kelas
eksperimen kualitasnya lebih bagus karena siswa melakukannya sendiri sehingga
konsep baru yang mereka peroleh benar- benar mereka pahami.
Penerapan model pembelajaran learning cycle dalam kegiatan
belajar mengajar dapat melatih siswa dalam membangun kerja sama, meningkatkan
motivasi belajar, mengurangi pertentangan, memperbaiki keterampilan, saling
mengenal diantara siswa, meningkatkan aktivitas siswa secara aktif dalam
pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa. Dari analisis data diperoleh hasil,untuk kelas eksperimen diperoleh 12 peserta didik (37%) memiliki motivasi sangat baik, 9 peserta didik (25%) memiliki motivasi baik, 8 peserta didik (25%)
memiliki motivasi cukup, dan 6 peserta didik (19 % memiliki motivasi kurang. Dari
analisis data kelas kontrol diperoleh hasil sebanyak 3 peserta didik (9,4%) memiliki motivasi sangat
kurang, 10 peserta didik (31,2%) memiliki motivasi cukup, 11 peserta didik (34,4%) memiliki motivasi baik, dan 8 peserta didik (25%) memiliki motivasi sangat
baik. Aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran diperoleh data hasil untuk kelas eksperimen data diperoleh (38,%) peserta didik memiliki aktivitas baik, 37% peserta didik dalam
katagori baik dan 25% sangat baik.sedangkan untuk aktivitas mengerjakan tugas
dan lembar diskusi 38% cukup, 37 %
baik dan 25% sangat baik. demikian
juga untuk parameter yang lain semua tertera dalam tabel 4.2 Data aktivitas
siswa..
Adapun kekurangan penerapan model pembelajaran ini
yang harus selalu diantisipasi adalah efektifitas pembelajaran rendah jika guru
kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran, model ini juga
menuntut kesungguhan dan kreatifitas guru dalam merancang dan melaksanakan
proses pembelajaran, memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi
serta memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam melaksanakan
pembelajaran.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
a. Terdapat perbedaan prestasi belajar IPS yang signifikan antara siswa yang
diajar dengan pendekatan Fenomenologis menggunakan model Siklus Belajar dengan
siswa yang diajar dengan pendekatan Fenomenologis menggunakan model Pembelajaran
Berbasis Masalah.
b. Prestasi
belajar IPS siswa yang diajar dengan pendekatan Fenomenologis menggunakan model
Siklus Belajar lebih tinggi dari pada prestasi belajar IPS siswa yang diajar
dengan pendekatan Fenomenologis menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah
c. Motivasi belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran learning cycle lebih tinggi dari pada yang
diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah
d. Kriteria ketuntasan Minimal siswa yang diajarkan dengan learning cycle lebih tinggi dari pada siswa yang diajarkan dngan model pembelajaran berbasis masalah.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan
tersebut yang diperoleh dari
uraian sebelumnya agar proses pembelajaran IPS lebih efektif untuk mendapatkan
hasil yang lebih optimal peneliti menyarankan sebagai berikut:
1. Penerapan pendekatan pembelajaran
fenomenologis menggunakan model siklus belajar dapat meningkatkan prestasi
belajar peserta didik, namaun dalam mengimplementasikannya sangat memerlukan kemampuan guru dalam merancang rencana pembelajaran berpusat pada siswa
belajar aktif.
2. Peningkatan prestasi belajar peserta didik hendaknya guru dapat memberikan tugas-tugas yang
bervariatif dan bersifat menantang untuk membangun peserta didik
berpikir kritis, walaupun sifatnya sangat sederhana
3. Perlu adanya penelitian tindak lanjut, karena hasil penelitian
tindakan ini hanya dilakukan di kelas VIII pada SMP
Adhyaksa 2 Kupang Tahun 2011.
4. Penelitian
tindakan yang serupa perlu dilakukan perbaikan untuk memperolah hasil yang lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Dasna, I W. 2007. Model
Siklus Belajar (Learning Cycle) Kajian Teoritis dan Implementasinya Dalam
Pembelajaran Kimia, Universitas Negeri Malang, Malang
Hamalik Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran,
Jakarta: Bumi
Aksara
Mulyasa.
2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara
Nur, M. 1999. Teori Belajar, Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
Riduwan, 2003.
Dasar-Dasar Statistika, Bandung : Alfa Beta
Riduwan, 2008, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dan Peneliti Pemula, Bandung,
Alfa Beta
Sudjana, 2002, Metode Statistik, Bandung, Tarsito
Sukarno, 1981. Dasar-dasar Pendidikan Sains,
Jakarta:
Rajawali
Sumarjono, 2000. Penerapan Fenomena Alam Dalam
Pembelajaran Sosial Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dan Prestasi
Belajar Siswa, Malang.: IKIP Malang
ANGKET MOTIVASI BELAJAR IPS
Petunjuk Pengisian
1. Angket ini berisikan pernyataan-pernyataan tentang
apa yang kamu rasakan atau lakukan dalam proses pembelajaran IPS
2. Tiap pernyataan tersedia 4
pilihan yaitu:
a.
Sangat Setuju (SS)
b.
Setuju (S)
c.
Tidak Setuju (TS)
d.
Sangat Tidak Setuju (STS)
3. Pilihlah salah
satu dari empat pilihan tersebut, yang sesuai dengan pengalaman kamu dalam
belajar IPS, untuk masing masing pernyataan.
4. Kejujuran kamu
dalam menjawab angket ini, mempunyai arti yang tak terhingga nilainya.
5. Berilah tanda centang (P) pada kolom pilihan kamu
Daftar Pernyataan
NO
|
PERNYATAAN
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
1.
|
Sewaktu guru menjelaskan contoh soal IPS, saya selalu
memperhatikannya dengan baik.
|
||||
2.
|
Jika guru menerangkan materi pelajaran IPS dan saya belum
mengerti, maka saya diam saja.
|
||||
3.
|
Saya membuat catatan tentang materi pelajaran IPS yang diajarkan
oleh guru di kelas.
|
||||
4.
|
Saya mengerjakan tugas-tugas IPS yang diberikan oleh guru dengan
sebaik-baiknya.
|
||||
5.
|
Saya belajar IPS dengan baik, karena saya yakin menunjang
pelajaran lain.
|
||||
6.
|
Saya belajar IPS dengan tekun karena dapat menunjang pencapaian
cita-cita saya.
|
||||
7.
|
Pada saat pelajaran IPS berlangsung, saya diam saja.
|
||||
8.
|
Pada jam pelajaran IPS, saya sering terlambat masuk kelas.
|
||||
9.
|
Semakin banyak belajar IPS, maka saya semakin bosan.
|
||||
10.
|
Saya berusaha melebihi prestasi belajar IPS teman-teman lain.
|
||||
11.
|
Saya senang mengerjakan soal-soal IPS di rumah walaupun tidak
disuruh oleh guru.
|
||||
12.
|
Saya senang mengerjakan soal-soal cerita IPS yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
|
||||
13.
|
Saya merasa biasa-biasa saja jika nilai ulangan IPS saya bagus.
|
||||
14.
|
Saya semakin percaya diri jika materi IPS yang diajarkan oleh guru
saya pahami.
|
||||
15.
|
Saya belajar IPS di rumah jika disuruh oleh orang tua.
|
||||
16.
|
Saya selalu mengharapkan bantuan orang lain dalam belajar IPS.
|
||||
17.
|
Saya tetap berusaha dengan baik untuk memahami pelajaran IPS di
sekolah.
|
||||
18.
|
Saya merasa malu jika tidak dapat menjawab soal IPS di papan
tulis.
|
||||
19.
|
Jika ada soal IPS yang tidak bisa saya kerjakan di rumah, maka
saya tinggalkan saja.
|
||||
20.
|
Saya selalu berusaha tampil di atas papan untuk mengerjakan soal IPS
yang ditawarkan oleh guru.
|
||||
21.
|
Saya senang dengan cara mengajar guru IPS.
|
||||
22.
|
Saya siap untuk menghadapi ulangan IPS kapanpun.
|
||||
23.
|
Jika ada PR saya berusaha mengerjakannya dengan benar dan menuliskannya dengan rapi.
|
||||
24.
|
Saya senang melihat gambar-gambar geometri dalam buku IPS.
|
||||
25.
|
Saya senang mengikuti kegiatan yang bertepatan dengan jam
pelajaran IPS.
|
DAFTAR ISI
Halaman
Halam Pengesahan ………………............................................................ i
Daftar Isi ………………… .......................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
.......................................................................... 1
1.1. Latar
Belakang .................................................................................... 1
1.2. Rumusan
masalah ............................................................................... 5
1.3. Tujuan
Penelitian ..........
.................................................................... 6
1.4. Manfaat
penelitian ..............................................................................
6
BAB II KAJIAN
PUSTAKA ....................................................................
8
2.1. Belajar
dan pembelajaran ………........................................................ 9
2.2. Model
pembelajaran siklus belajar (learning Cycle) ........................ 16
2.3. Model
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) .... 20
2.4. Prestasi Belajar
……………………………………………………. 22
2.5. Motivasi
Belajar …………….......................................................... 23
2.6. Kerangka Pemikiran........................................................................ 28
2.7. Hipotesis
penelitian ........................................................................ 29
BAB III METODE
PENELITIAN ........................................... 30
3.1. Jenis penelitian
.................................................................. 30
3.2. Populasi
dan sampel penelitian ......................................... 30
3.3. Variabel
penelitian ............................................................. 30
3.4. Prosedur
Penelitian ............................................................ 30
3.5. Analisa
Data ...................................................................... 35
BAB IV HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........... 36
4.1. Hasil
penelitian .................................................................. 36
4.2. Pembahasan
........................................................................ 37
BAB V PENUTUP
.................................................................... 39
A.Kesimpulan
............................................................................ 39
B. Saran
................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA
........................................................... 39
LAMPIRAN-LAMPIRAN :
1. Angket Motivasi Belajar IPS ……………………...........
40
2. Silabus Pembelajaran
....................................................... 41
3. Rencana Pelaksanaan pembelajaran
................................ 42
Tidak ada komentar:
Posting Komentar