PENDEKATAN PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL
(Telaah Reflektif Teoritis)
Oleh : Hamzah LPMP NTT
Pendahuluan
Ada kecendrungan untuk kembali pada pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan
alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika peserta didik mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya.
Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam
kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan
persoalan dalam kehidupan jangka panjang
Pendekatan kontektual (Contextual
Teaching and Learning / CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta
didik dan
mendorong peserta didik membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu,
hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru
ke peserta didik. Strategi pembelajaran lebih
dipentingkan daripada hasil
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu
siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan
strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah
tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (peserta didik). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri
bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan
pendekatan kontekstual
Pemikiran Tentang Belajar
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecendrungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut.
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecendrungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut.
1. Proses Belajar
- Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri
- Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru
- Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan
- Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisak, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
- Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
- Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi didrinya, dan bergelut dengan ide-ide
- Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.
2. Transfer Belajar
- Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain
- Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
- Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu
3. Siswa Sebagai
Pembelajar
- Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru
- Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting
- Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.
- Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
4. Pentingnya Lingkungan
Belajar
- Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
- Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya
- Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar
- Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
C. Hakekat Pembelajaran Kontekstual
Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh
komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism),
bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning
Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic
Assessment)
D.Pengertaian CTL
- Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
- Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat
E. Perbedaan Pendekatan Kontekstual Dengan Pendekatan Tradisional
NO.
|
CTL
|
TRADISONAL
|
1
|
Pemilihan informasi berdasarkan
kebutuh-an siswa
|
Pemilihan informasi di-tentukan
oleh guru
|
2
|
Siswa terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran
|
Siswa secara pasif menerima
informasi
|
3
|
Pembelajaran dikaitkan dengan
kehidupan nyata/-masalah yang disi-mulasikan
|
Pembelajaran sangat abstrak dan
teoritis
|
4
|
Selalu mengkaitkan informasi
dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
|
Memberikan tumpukan informasi kepada
siswa sampai saatnya diperlukan
|
5
|
Cenderung mengintegrasikan
beberapa bidang
|
Cenderung terfokus pada satu
bidang (disiplin) tertentu
|
6
|
Siswa menggunakan waktu belajarnya
untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek
dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok)
|
Waktu belajar siswa se-bagian
besar dipergu-nakan untuk mengerja-kan buku tugas, men-dengar ceramah, dan
mengisi latihan yang membosankan (melalui kerja individual)
|
7
|
Perilaku dibangun atas kesadaran
diri
|
Perilaku dibangun atas kebiasaan
|
8
|
Keterampilan dikem-bangkan atas
dasar pemahaman
|
Keterampilan dikem-bangkan atas
dasar latihan
|
9
|
Hadiah dari perilaku baik adalah
kepuasan diri
|
Hadiah dari perilaku baik adalah
pujian atau nilai (angka) rapor
|
10
|
Siswa tidak melakukan hal yang
buruk karena sadar hal tsb keliru dan merugikan
|
Siswa tidak melakukan sesuatu yang
buruk karena takut akan hukuman
|
11
|
Perilaku baik berdasar-kan
motivasi intrinsik
|
Perilaku baik berdasar-kan
motivasi ekstrinsik
|
12
|
Pembelajaran terjadi di berbagai
tempat, konteks dan setting
|
Pembelajaran hanya terjadi dalam
kelas
|
13
|
Hasil belajar diukurmelalui
penerapan penilaian autentik
|
Hasil belajar diukur melalui
kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.
|
Penerapan Pendekatan
Kontekstual di Kelas
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan
kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah.
Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
- Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
- Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
- kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
- Ciptakan masyarakat belajar
- Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
- Lakukan refleksi di akhir pertemuan
- Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
A. Tujuh Komponen CTL
1. Konstruktivisme
• Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada
pengetahuan awal
• Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
• Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
2. Inquiry
• Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman
• Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
• Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3. Questioning (Bertanya)
• Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir
siswa
• Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
• Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
4. Learning Community (Masyarakat
Belajar)
• Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar
• Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri
• Tukar pengalaman
• Berbagi ide
• Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri
• Tukar pengalaman
• Berbagi ide
5. Modeling (Pemodelan)
• Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan
belajar
• Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
• Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
6. Refrection (Refleksi)
• Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari
• Mencatat apa yang telah dipelajari
• Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
• Mencatat apa yang telah dipelajari
• Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
7. Authentic Assessment (Penilaian
Yang Sebenarnya)
• Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa
• Penilaian produk (kinerja)
• Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual
• Penilaian produk (kinerja)
• Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual
B. Karakteristik Pembelajaran CTL
• Kerjasama
• Saling menunjang
• Menyenangkan, tidak membosankan
• Belajar dengan bergairah
• Pembelajaran terintegrasi
• Menggunakan berbagai sumber
• Siswa aktif
• Sharing dengan teman
• Siswa kritis guru kreatif
• Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
• Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain
• Saling menunjang
• Menyenangkan, tidak membosankan
• Belajar dengan bergairah
• Pembelajaran terintegrasi
• Menggunakan berbagai sumber
• Siswa aktif
• Sharing dengan teman
• Siswa kritis guru kreatif
• Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
• Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain
Menyusun Rencana Pembelajaran
Berbasis Kontekstual
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran
lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi
skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya
sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan
pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran, dan authentic assessmennya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru
benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama
siswanya.
Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara
program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual.
Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran
konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas
dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih
menekankan pada skenario pembelajarannya.
Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah (1).Nyatakan
kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang
merupakan gabungan antara Standara Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok
dan Pencapaian Hasil Belajar (2).Nyatakan
tujuan umum pembelajarannya (3).Rincilah
media untuk mendukung kegiatan itu (4).Buatlah
skenario tahap demi tahap kegiatan siswa (5).Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati
partisipasinya dalam pembelajaran.
Sumber Pustaka :
Direktorat Pembinaan SMP, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional 2000
Direktorat Pembinaan SMP, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar